Begini Cara Pertamina EP Sangasanga Field Melestarikan Satwa Endemik Kalimantan
Hewan Endemik Kalimantan Yakni Bekantan.-Foto Bali Safari and Marine Park-
KALIMANTAN, PALPRES.COM– PT Pertamina EP (PEP) Sangasanga Field dari Regional KALIMANTAN Subholding Upstream pertamina, mengusung program Sungai Hitam Lestari sebagai salah satu program unggulan Corporate Social Responsibility (CSR).
Dengan dukungan dari PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) sebagai induk pengelolaan perusahaan, PEP Sangasanga Field berhasil mengembangkan Kelompok Sadar Wisata dan Ekowisata (Pokdarwis) berbasis pelestarian Bekantan.
Hal inilah yang menjadi kunci utama dari keberlanjutan program Sungai Hitam Lestari, dimana manusia dan lingkungan dapat hidup berdampingan.
Manager Communication Relations dan CID PHI, Dony Indrawan, menjelaskan bahwa inisiasi program Sungai Hitam Lestari dilatarbelakangi oleh kondisi habitat bekantan di Indonesia yang mulai berkurang dan beralih fungsi sejak tahun 1990.
BACA JUGA:Binaan Pertamina EP Cepu Panen Raya Padi Organik, Sosok Nomor 1 di Blora Hadir Langsung
Ironisnya, sekitar 60 persen atau 29,500 km2 lahan habitat bekantan yang tersisa, juga mengalami kerentanan karena keterjangkauannya dengan pemukiman, tambak dan pertanian.
”Seiring meningkatnya populasi manusia dan tingginya mobilitas antar daerah, banyak daerah menjadi kawasan permukiman, tambak, dan perkebunan sehingga menyebabkan luasan area jelajah Bekantan semakin sempit,” ungkap Dony.
Menurutnya, perusahaan berkomitmen untuk menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
“Di program Sungai Hitam Lestari, kami menetapkan langkah untuk mencapai tujuan 5 kesetaraan gender, tujuan 13 penanganan perubahan iklim, tujuan 15 ekosistem daratan, dan tujuan 17 kemitraan untuk mencapai tujuan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pokdawis Sungai Hitam Lestari, Aidil Amin, mengungkapkan bahwa ia pada awalnya memiliki keresahan terhadap adanya perubahan ekologis di kawasan Sungai Hitam.
“Dampak yang paling nyata berasal dari konversi lahan hijau di daerah hulu dan hilir.
Hal ini kemudian mempengaruhi habitat Bekantan yang sudah tinggal di area tersebut,” ujar Aidil.
Namun kini, keresahan Aidil pun mulai sirna. Melalui berbagai kegiatan yang diusung oleh program Sungai Hitam Lestari, tercatat peningkatan jumlah Bekantan di Sungai Hitam, yakni dari 188 ekor pada tahun 2013 menjadi 400 ekor pada tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: