Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah hingga Makan Korban, Ini Kesaksian Penumpang Saat Kejadian
kondisi di dalam pesawat Singapore Airlines Penerbangan dari London ke Singapura saat terjadi turbulensi Parah pada 21 Mei 2024-X/@BanditOnYour6-
PALPRES.COM- Pesawat Singapore Airlines mengalami kejadian Nahas sadang dalam penerbangan dari London menuju Singapura pada Selasa 21 Mei 2025.
Pesawat Singapore Airlines mengalami turbulenesi parah hingga menyebabkan 1 orang penumpang meninggal dunia dan 33 orang penumpang dikabarkan mengalami luka-luka.
Salah seorang penumpang dalam Pesawat Singapore Airlines yang nahas tersebut menceritakan kejadian yang dialaminya saat pesawat mulai mengalami turbulensi parah.
Dzafran Azmir (28) penumpang pesawat Singapore Airlines sudah merasa ada yang aneh pada pesawat Boeing 777-300R tersebut yakni menukik mirik ke atas dan mulai bergetar.
Mencoba menenangkan diri, Dzafran hanya berusaha untuk tetap duduk di kursi penumpang dan memeriksa sabuk pengaman yang dikenakanannya.
Namun tidak demikian pada penumpang lainnya yang ternyata banyak yang tidak mengenakan sabuk pengaman pada saat Turbulensi tersebut.
"Tiba-tiba terjadi penurunan yang sangat drastis sehingga setiap orang yang duduk dan tidak memakai sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit, beberapa orang kepalanya terbentur kabin bagasi di atas dan penyok, mereka menabrak tempat lampu dan masker berada, dan langsung menerobos itu," kata Dzafran.
"Orang-orang terjatuh ke tanah, ponsel saya terlepas dari tangan saya dan terlempar beberapa lorong ke samping, sepatu orang-orang terlempar,"sambungnya.
BACA JUGA:IKN Bersinar Terang, Perusahaan Arab Saudi Investasi Infrastruktur Kelistrikan 6 Miliar USD
BACA JUGA:Bupati Panca Buka Musrenbang, Yuks Lihat Apa yang Menjadi Priotas Pembangunan di Ogan Ilir
Pihak Singapore Airlines mengatakan penerbangan tersebut mengalami turbulensi ekstrem yang tiba-tiba di atas Cekungan Irrawaddy pada ketinggian 37.000 kaki sekitar 10 jam setelah keberangkatan.
Pilot mengumumkan keadaan darurat dan mengalihkan pesawat ke Bangkok, saat pesawat itu mendarat pada pukul 15.45 waktu setempat.
Dalam peristiwa tersebut merenggut korban jiwa satu orang penumpang asal Inggris berusia 73 tahun, serta puluhan penumpang dalam kondisi luka-luka dan diantaranya kritis.
Foto yang beredar di media sosial memperlihatkan nampan makanan dan barang-barang berserakan di tanah.
BACA JUGA:PGN Luncurkan Layanan Pemanfaatan LNG Domestik untuk Industri
Masker oksigen terlihat tergantung di timbangan dan bagian interior pesawat tampak rusak.
Penumpang Andrew Davies mengatakan tanda sabuk pengaman dinyalakan beberapa saat sebelum pesawat turun.
"Banyak sekali yang terluka, kepala robek, telinga berdarah," tulisnya di X seraya menambahkan bahwa seorang penumpang perempuan menjerit kesakitan.
Barang-barang orang berserakan, kopi dan air berceceran di langit-langit.
BACA JUGA:Sambut Kedatangan Jemaah Haji Gelombang II, Ini Persiapan Petugas Haji di Makkah
"Awak kabin melakukan segala yang mereka bisa," kata Andrews
Ia juga mengungkap jika para penumpang dengan pelatihan medis membantu korban terluka dengan kemampuan terbaik mereka.
"Siapa pun yang terluka, adalah mereka yang tidak memakai sabuk pengaman," ujarnya.
Menurut Azmir, kru dan orang-orang yang berada di dalam toilet adalah pihak yang paling dirugikan alias paling terdampak.
BACA JUGA:RUPS Indosat Bagikan Dividen Rp2,16 Triliun, Siap Perkuat Transformasi Menuju AI Native TechCo
"Kami menemukan orang-orang tergeletak di tanah dan tidak bisa bangun. Banyak yang mengalami cedera tulang belakang dan kepala," katanya kepada Reuters.
Pada penerbangan SQ321, para analis penerbangan mencatat adanya kemungkinan pesawat mengalami turbulensi udara jernih (Clear Air Turbulence, CAT), yang tidak dapat terdeteksi oleh radar cuaca jet. Alvin Lie, seorang analis penerbangan independen, menjelaskan bahwa biasanya pilot dapat menghindari turbulensi yang disebabkan oleh pergerakan awan karena radar memberikan peringatan dini.
Dengan demikian, awak pesawat dapat memperingatkan penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman. Namun, dalam kasus CAT, hal ini tidak mungkin karena turbulensi jenis ini tidak terlihat di radar.
Lie juga menambahkan bahwa jumlah korban luka pada penerbangan SQ321 menunjukkan bahwa pesawat kemungkinan besar bertabrakan dengan CAT.
Turbulensi ini terjadi pada sore hari, waktu di mana banyak penumpang mungkin sedang berdiri atau mengantre untuk ke toilet, sehingga lebih rentan terhadap cedera.
Dapatkan update konten terkini dan terbaru setiap hari di Palpres.com. Ayo Gabung di Channel WhatsApp dengan cara klik link ini "Channel WA palpres.com".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: