TINGKEBAN! Tradisi Syukuran 7 Bulanan Untuk Ibu Hamil di Masyarakat Jawa, Berikut Faktanya
Beberapa hal yang tidak terpisahkan dari tradisi Tingkeban untuk ibu hamil berusia 7 bulanan di Jawa--Instagram
PALPRES.COM - Mengenal Tingkeban 7 bulanan bagi ibu hamil di pulau Jawa, beserta hal yang tak terpisahkan dari tradisi ini.
Tradisi Tingkeban merupakan upacara adat Jawa dalam rangka menyambut tujuh bulanan bayi yang ada di dalam kandungan, atau upacara tujuh bulanan kehamilan.
Tradisi ini adalah upacara terakhir yang dilaksanakan sebelum kelahiran, yang pada bertujuan untuk mendoakan ibu dan calon bayi agar selamat dan lahir normal.
Lantas, seperti apa asal-usul hingga jalannya upacara tingkeban? Simak selengkapnya di bawah ini.
BACA JUGA:KECE BADAI! Rekomendasi Jam Tangan Pria Keren 2025 Ini Bakal Buat Penampilan Lebih PEDE
Asal-usul Upacara Tingkeban
Upacara tingkeban atau biasa dikenal tujuh bulanan, merupakan upacara yang dilakukan ketika usia kandungan telah memasuki bulan ketujuh.
Kata tingkeban mempunyai kata dasar tingkeb yang artinya tutup, maksudnya adalah tidak boleh dibuka sebelum waktunya tiba.
Jadi, upacara tingkeban sama dengan pemberitahuan kepada perempuan yang sedang mengandung maupun suaminya, untuk tidak diperbolehkan bercampur (tidur bersama) sampai empat puluh hari setelah bayi lahir.
BACA JUGA:Bansos PKH, BPNT, dan Beras 10 Kg Dipastikan Cair Berbarengan Di Januari, Simak Penjelasannya!
Kemudian, kata tingkeb memiliki imbuhan diakhir (-an) yang membuat kata tersebut berubah menjadi tingkeban seperti yang sering didengar dalam kehidupan keseharian oleh masyarakat luas.
Biasanya, upacara tersebut digelar di dalam rumah dan juga luar rumah, yakni di halaman atau belakang rumah. Di dalam rumah tempat berkumpul tetangga dan kerabat yang datang.
Sedangkan perempuan yang sedang hamil tersebut dimandikan, lokasinya di halaman atau belakang rumah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: youtube