Kontroversi Tes Kehamilan di Sekolah, Upaya Preventif Atau Diskriminatif? Begini Kata Guru Besar UIN Palembang

Kontroversi Tes Kehamilan di Sekolah, Upaya Preventif Atau Diskriminatif? Begini Kata Guru Busar UIN Palembang--Istimewa
Sehingga tidak menjadikan anak perempuan sebagai objek pengawasan moralitas.
kebijakan yang menyangkut moralitas seksual kerap hanya ditujukan kepada perempuan, sementara laki-laki nyaris tidak tersentuh aturan serupa.
Hal ini menunjukkan bahwa pergaulan bebas masih dipandang melalui kacamata yang patriarki di mana perempuan harus menjaga “kesucian”, sementara laki-laki lebih bebas dari stigma sosial yang sama.
BACA JUGA:RESMI! Bang Dodo Bakal Lanjut Diliga Arab Selama Satu Musim Lagi
BACA JUGA:WADUH! Night Run Palembang Akan Diundur, Warga Masih Bisa Nikmati Festival Sungai Musi
Kasus ini seolah-olah menjadikan tubuh perempuan sebuah objek kontrol sosial.
Perempuan diperlakukan seakan pihak yang harus selalu dikendalikan, sementara laki-laki tidak mendapat perlakuan serupa.
Padahal jika dilihat dari kajian teoritik dijelaskan bahwa Perilaku seksual lebih banyak dilakukan laki-laki daripada perempuan karena laki-laki dinilai lebih permisif sedangkan kecenderungan perempuan melakukan hubungan seks atas dasar cinta.
Sementara itu, secara empirik dalam pengamatan penulis diantara muncul faktor remaja melakukan tindakan seksual sebelum menikah yakni karena pengetahuan seks, harga diri, kontrol diri, dan pemahaman agama yang rendah.
BACA JUGA:12 Sasaran Prioritas Operasi Keselamatan Musi 2025 di Muba
BACA JUGA:GILAK! Cukup 20 Detik Saja Maling Bawa Motor di kota Palembang
Pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada remaja menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari risiko yang dari perbuatannya.
Selain itu karakteristik remaja yang cenderung meniru serta mencoba hal baru dari kemudahan pengaksesan informasi terhadap konten pornografi tanpa pengawasan orang tua dapat menjerumuskan pada tindakan menyimpang.
Di Indonesia, meskipun program pendidikan seksual dan reproduksi remaja telah diterapkan, efektivitasnya masih beragam.
Banyak program yang tidak disampaikan secara komprehensif pada pendidikan formal. Akibatnya, alih-alih membekali siswa dengan pemahaman yang benar, seksualitas justru menjadi topik yang dihindari atau disalahpahami.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: