Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Selesai)

Rabu 27-07-2022,08:08 WIB
Reporter : Dudy Oskandar
Editor : Tom

Bagaimana bentuk dari salinan itu terletak pada kata-kata seperti [sembarana]3 yang maksudnya adalah [kata yang tidak terbaca]!4 Keadaan tulisan yang begitu menyedihkan dan rusak memang tidak terbayangkan oleh kita, tetapi saya melihat peluang untuk menggunakannya dengan menggabungkan dengan cerita-cerita lain yang serupa. 

Salinan dari cerita-cerita itu yang dibuat oleh orang Betawi pasti tidak berguna sama sekali. 

Bahwa tulisan ini serupa dengan London tampak dari [Bisnu Rupan] yang antara lain muncul pada halaman 5, demikian pula [Dewi Peta] (Koenti) dan sebagainya. 

Saya yakin bahwa cerita ini berasal dari redaksi yang sama dengan London. Uang 25 gulden itu akan saya antarkan sendiri. 

Salam, 

H.N. van der Tuuk 

N.B. 

Pada halaman pertama saya mencoret sesuatu dengan pensil. Niat saya adalah untuk membacanya, tetapi saya urungkan niat itu karena saya akan menghabiskan banyak waktu untuk itu.

Catatan 

Tempat penyimpanan surat ini : Perpustakaan Nasional Jakarta, CS 111c ditempel pada halaman 356 dari tulisan Hikajat Pandawan Pantja-kelima yang berasal dari koleksi Cohen Stuart. 

Arsip ini merujuk pada B.J. Bijleveld (Son Servera, Spanyol) dan D. van der Meij (Leiden). 

1. Van der Tuuk (1866b:85-8) dan (1866i:410-3). 

2. Tulisan Hikajat Tjekel Wanengpati, terdapat di Perpustakaan Nasional Jakarta, CS 113. Van der Tuuk mempunyai salinan dari tulisan ini: koleksi UBL-OH, Cod.Or. 3245 (Juynboll 1899:76-7). 

3. Tulisan Jawi di sini sudah diubah. 

4. Klinkert (1893): semberana (bahasa Jawa): tidak peduli, lengah, acuh tak acuh, lalai. ***

Sumber : 

Kategori :