Pengaruh motif batik dari berbagai negara ini memperlihatkan jika saat itu sudah memiliki maindset ke masa depan serta saling mengharga dan toleransi terhadap budaya luar.
“Namun ada juga faktor penghambat dari akulturasi budaya ini seperti ilmu pengetahuan yang bergerak lambat, sikap masyarakat yang beradat tradisional dan mengganggap hal baru adalah tabu,” kata Agus.
BACA JUGA:Bumi Ayu, Candi Kebanggaan Sumsel yang Patut Dikunjungi
Dalam kesempatan sama, Staf Khusus Gubernur Sumsel Bidang Kebudayaan, H Agus Sutikno, mengatakan, batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah tercatat pada UNESCO.
Dia menambahkan, keberadaan Batik Palembang tidak bisa dilepaskan dari hubungan budaya dengan para priayi Jawa pendiri Kerajaan Palembang pada pertengahan Abad ke-16.
Para priayi tersebut disinyalir turut membawa tradisi dan budaya Jawa ke tempat yang baru, seperti bahasa dan tata cara berpakaian.
“Perkembangan Batik Palembang khususnya dan batik motif lokal Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan sangat tergantung kepada komitmen kuat seluruh elemen masyarakat Sumateran Selatan,” jelasnya.
BACA JUGA:Candi Bumi Ayu Diasumsikan Penyokong Kedatuan Sriwijaya
Oleh sebab itulah, pihaknya akan mendukung kebijakan pemakaian pakaian batik khas Kabupaten dan Kota se Sumatera Selatan pada hari tertentu.
Namun begitu, pelaksanaan kebijakan tersebut harus dilakukan dengan komitmen dalam upaya memberi keteladanan dan contoh bagi masyarakat luas akan bukti cinta produk dalam negeri.
“Jenis motif Batik Palembang juga beragam, seperti songket, jumputan, kembang bakung, daun teh, bungo dadar, bungo delimo, bungo pacik, bungo cino, bungo tanjung, babar emas, babar kecubung, kerak mutung, geribik, jukung, dan sumping. Motif-motif ini harus teap dijaga dan dilestarikan sebagai sebuah warisan budaya,” harapnya.
Narasumber lainnya, Budayawan Sumsel R. M Drs Ali Hanafiah membahas “Ragam, Jenis & Makna Simbolis Batik Palembang” dan Akademisi Universitas PGRI Palembang, Dr Muhammad Idris, membahas “Karakteristik & Ciri Motif Palembang pada Koleksi Museum Negeri Sumsel” yang di Moderatori Ketua Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumsel, Merry Hamreiny SPd, MM.
BACA JUGA:Inilah 39 Wisata Edukasi di Palembang Wajib Dikunjungi Saat Libur Sekolah