Masih di waktu Rasulullah berpijak, Yastrib bukan hanya kota yang biasa, tetapi juga dihuni suku Aus dan Khazraj yang sudah lama saling berperang.
Namun, dari lubuk hati paling dalam, nyatanya mereka pun sudah lelah dengan perang panjang yang telah lama terjadi.
Sehingga mereka menanti datangnya seseorang yang mampu menjadi pemersatu agar kota itu menjadi negeri yang hidup dengan penuh kasih.
Dengan restu Allah Yang Mahakasih, impian mereka terijabah dengan hadirnya seseorang yang tidak hanya menjadi pemimpin.
BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Hamzah, Sang Singa Allah yang Jago Memanah
Di waktu bersamaan, mereka juga mendapatkan seorang inspirator, nabi dan rasul, bahkan seorang arsitek peradaban pada satu jiwa yang mulia.
Syeikh Abdul Aziz Thuraifi menyampaikan sebuah pesan yang sangat dianjurkan untuk direnungkan,
“Khalifah Umar menjadikan peristiwa hijrah sebagai patokan awal, penanggalan kalender Hijriyah, dan tidak menjadikan hari lahir Nabi Muhammad sebagai permulaan kalender tersebut seperti yang dilakukan oleh Ahlul Kitab...”
Mengapa demikian? Beliau melanjutkan,
BACA JUGA:Mengenal Sahabat Nabi Usamah Bin Zaid, Panglima Perang Termuda
“Li annal ummah ummatu amalin” yang artinya ‘karena umat ini adalah umat amal’
Maka, sebuah zaman tidak akan menjadi hebat tanpa sebuah amal.
Di setiap tahun baru hijriyah ini, mentadabburi namanya saja membuat kita berdecak kagum dengan diiringi desiran rasa kerinduan pada Sang Pembawa Peradaban yang Agung.
Maka, sebagai bagian dari umatnya, apakah kita telah berusaha meneladani perjuangan Sang Kekasih Allah itu?
BACA JUGA:KISAH SAHABAT NABI: Ukkasyah bin Mihshan, Maju Perang dengan Ranting yang Jadi Pedang
Sebab, beliaulah yang mengawali dakwah di Makkah, tetapi justru kepemimpinannya berada di Madinah, hingga akhirnya Islam mampu menembus barat dan timur saat ibu kotanya berada di Damaskus.