Pembayaran bunga dan pembayaran pokok utang yang tinggi menjadi beban berat bagi pemerintah, mengganggu kemampuan mereka untuk mengalokasikan anggaran untuk pengembangan ekonomi dan proyek sosial.
2. Defisit anggaran
Sri Lanka menghadapi defisit anggaran yang signifikan yakni perbedaan antara penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
BACA JUGA:Bansos BPNT Juli-September Cair Rp600.000 di PT Pos, Cek Penerima dan Syaratnya di Sini
Defisit ini mencapai sekitar 9% dari PDB pada tahun 2020.
Pemerintah terpaksa bergantung pada pinjaman untuk membiayai defisit ini yang meningkatkan beban utang.
3. Pandemi COVID-19
Seperti banyak negara lainnya Sri Lanka juga terdampak parah oleh pandemi COVID-19.
Penutupan bisnis pembatasan perjalanan dan penurunan daya beli konsumen, telah menurunkan pendapatan negara secara signifikan.
Penanganan pandemi membutuhkan dana ekstra untuk mendukung sektor kesehatan, membantu ekonomi yang terdampak dan memperkuat jaring pengaman sosial.
4. Turunnya pendapatan pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor utama Sri Lanka yang menghasilkan devisa.
BACA JUGA:KEREN! 5 Novel Ini Terbaik Sepanjang Masa, Apakah Harry Potter Termasuk?
Namun pandemi COVID-19 menyebabkan penurunan drastis dalam kunjungan wisatawan internasional, yang merugikan penerimaan negara dari sektor ini.
Ini mengakibatkan penurunan pendapatan devisa yang berdampak pada ketersediaan valuta asing, dan kemampuan negara untuk mengatasi kebutuhan impor.