PALEMBANG, PALPRES.COM- Mengenal tradisi Perang Pandan yang sarat akan nilai agama Hindu di Bali.
Perang Pandan adalah ritual pertarungan tradisional Bali dengan tongkat yang terbuat dari pandan dan merupakan bentuk pemujaan dewa Indra.
Dengan mempraktikkan Perang Pandan sebagai wujud menghormati Dewa Indra yaitu "Dewa Pejuang"
Tradisi ini dapat kita temui di desa adat tertua di Bali yaitu desa Tenganan di Kabupaten Karangasem.
BACA JUGA:Rezeki Ibu-ibu Beli Sembako, BLT Rp400 Ribu Cair Oktober, Cek KKS Anda
BACA JUGA:BLT Kemensos Rp3.000.000 Bakal Cair Oktober Ini, Cek Nama Penerimanya Disini!
Ritual pertarungan ini dilakukan di depan balai pertemuan desa Tenganan.
Masyarakat Bali sering menyebutnya Mageret Pandan atau Makare-kare.
Pertarungan ini merupakan bagian dari banyak festival keagamaan besar di Tenganan, yang dilaksanakan pada saat upacara Usabha Sambha yang berlangsung selama sebulan di Bali.
Acara ini dirayakan pada bulan kelima kalender Bali, dan setiap pertarungan berlangsung sekitar satu menit, dengan peserta bergiliran selama tiga jam.
Ritual pertarungan dilakukan dengan menggunakan senjata berupa daun pandan berduri dan perisai bundar dari rotan.
BACA JUGA:Shin Tae-yong Tetapkan Syarat Khusus Untuk Calon Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia, Apa Itu?
Para peserta yang semuanya laki-laki beradu dengan menggosokkan duri pandan ke tubuh lawan.
Teknik yang digunakan adalah pukulan mengayun, namun para peserta cenderung saling mencakar ketika bertanding.
Saat bertanding, peserta tidak mengenakan baju, hanya mengenakan sarung (kamen) dan hiasan kepala adat (udeng).
Menurut tradisi, Perang Pandan adalah wajib bagi laki-laki Tenganan, dan bagi kaum muda, ini berfungsi sebagai ritus peralihan.