Perekonomian penduduk Manshiyat Naser ini berputar dan bergerak dari benda-benda yang dibuang oleh orang lain.
Setelah sampah tersebut di daur ulang oleh penduduk, sampah tersebut selanjutnya akan dijual kembali ke pabrik-pabrik yang berada di Kairo.
Dari sana mereka mendapatkan uang untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari, walau gajinya terbilang kecil.
Ironisnya, selain terkenal kumuh dan kotor, kota ini juga mengalami kesulitan dalam masalah infrastruktur. Kota ini tidak mempunyai saluran pembuangan, air dan juga listrik.
BACA JUGA:Mau Dapat Rp6.000.000? 4 BLT Cair Oktober Ini, Pengajuannya Bisa via HP
Hal ini melengkapi betapa susahnya hidup di kota dengan julukan kota sampah ini.
Dikutip dari berbagai sumber, awalnya penduduk yang menghuni kota Manshiyat Naser ini berprofesi sebagai seorang peternak.
Mereka memelihara ternak seperti ayam, babi dan kambing. Ketika disadari profesi ini tidak menguntungkan oleh para penduduknya, akhirnya penduduk Manshiyat Naser beralih profesi.
Mencari, mengumpulkan, memilah dan mendaur ulang sampah dianggap lebih menguntungkan dibandingkan beternak oleh penduduk kota ini.
BACA JUGA:MPV Mini, Suzuki Karimun Wagon R, Laris Manis dan Harganya Murah
Oleh karena itu, sejak saat itulah penduduk kota Manshiyat Naser satu per satu beralih profesi menjadi pemulung dan kota ini pun berubah dan mendapat julukan kota sampah.