Ada kisah yang akan unik dari Hotel Palembang.
Konon, pantangan jika menginap di bekas Hotel Palembang dengan tidak sopan.
“Ada kawan-kawan yang pernah menginap di hotel itu.
Mungkin saat tidur tidak sopan, dia mendadak sakit,” ungkap Helmi.
BACA JUGA:TVS Ntorq 125 XT Baru Dirilis Tahun 2024 Memiliki Fitur Canggih Perintah Suara
BACA JUGA:Sriwijaya FC Belum Punya Sosok Pemimpin Presiden Klub yang Baru Buat Arungi Liga 2 Musim Ini
Sementara itu Kemas Ari Panji, seorang Sejarawan Palembang menjelaskan, bahwa kawasan 17 Ilir tempat Hotel Palembang berdiri adalah sebuah wilayah yang masa Kesultanan Palembang Darussalam di sebut Gogoek Ketandan atau Gogoek Sayangan .
Disebut Ketandan dan Sayangan, menurut Ari Panju, dijelaskan dalam catatan Kesultanan Palembang Darussalam.
Ketandan maksudnya adalah guguk dari Bendahara, pemungut pajak zaman Kesultanan Palembang Darussalam.
Sedangan Sayangan adalah guguk tempat pengrajin tembaga.
BACA JUGA:Mengalami Data Pribadi Disebar Pinjol Ilegal? Begini Cara Mengatasinya
BACA JUGA:Sebaiknya Anda Tahu! Ini 4 Fakta Menarik Seputar Museum Taman Prasasti
“Wilayah 17 Ilir ini secara administrasi mulai dari simpang Pasar Burung, lalu terus ke Jalan Kol Atmo sampai ke Kuburan Raden Nangling didepan Pasar Cinde, dan sedikit melebar kearah Sayangan (Pasar Buah),” kata dosen UIN Raden Fatah Palembang ini.
Sejak dahulu, lanjut Ari Panji, Kelurahan 17 Ilir ini menurutnya memang sejak dahulu dikenal sebagai pusat kota dan pusat perdagangan di Palembang.
“Sejak zaman Kesultanan disini menjadi pusat dagang, karena tidak jauh dari Sungai Musi di Kelurahan 16 Ilir.
Dermaga-dermaga juga tidak jauh dari sini.