Padahal, tujuan besar pendidikan adalah memanusiakan manusia.
Orang tua yang tidak terima anaknya dihukum mungkin berpikir bahwa bukan zamannya lagi mendisiplinkan anak dengan hukuman.
Mereka mungkin berpandangan bahwa kesalahan adalah hal yang wajar, seperti slogan "kotor itu baik," sehingga cukup ditangani dengan pendekatan positif.
Dalam dunia pendidikan, pendekatan ini dikenal sebagai disiplin positif.
BACA JUGA:Anggota Polres Muba Lakukan Ini untuk Warga Lalan Pasca Jembatan Lalan Ambruk
BACA JUGA:Jenis Mobil MPV Irit Bahan Bakar dan Mudah Dirawat, Terakhir Sebelum Fitur Melimpah Menyerang
Tidak ada yang salah dengan disiplin positif, tetapi penting untuk diingat bahwa teori ini adalah hasil pemikiran manusia yang dalam penerapannya mungkin tidak selalu cocok dengan setiap situasi.
Anak-anak memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga cara penanganannya pun berbeda.
Ada anak yang bisa diatasi dengan pendekatan lembut, namun ada juga yang perlu hukuman untuk mendisiplinkannya.
Penting untuk dicatat bahwa hukuman tidak sama dengan kekerasan.
BACA JUGA:Berikut Ini Saldo Minimal Jenis Tabungan di Bank Mandiri, BNI, BCA, dan BRI
BACA JUGA:Jakarta Kalah Telak! Inilah Kota-Kota dengan Kemacetan Paling Parah, Ada Korban Jiwa?
Hukuman yang diberikan secara wajar adalah sah, asalkan tetap dalam batas kewajaran.
Dalam Islam, konsep ini dikenal dengan istilah ta’dib, yang berarti proses pendidikan yang fokus pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak.
Berdasarkan konsep ini, tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi juga membentuk akhlak murid, termasuk meluruskan ketika murid melakukan kesalahan.
Islam sangat menekankan pentingnya pembentukan akhlak, bahkan lebih tinggi dari ilmu.