PALPRES.COM- Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi ungkap target jangka panjang dan strategi perusahaan untuk mewujudkan swasembada pangan dalam lima tahun ke depan.
Salah satunya adalah dengan menambah kapasitas produksi pupuk hingga 2 juta ton serta mengoptimalkan digitalisasi distribusi dan penebusan pupuk. Komitmen ini sejalan dengan salah satu visi Asta Cita, yakni swasembada pangan, untuk menuju Indonesia Emas 2045. Rahmad menegaskan bahwa terdapat dua aspek krusial pupuk yang harus diperhatikan untuk mencapai produktivitas pertanian yang lebih baik, yakni availability (ketersediaan) dan affordability (keterjangkauan) pupuk. BACA JUGA:Pupuk Indonesia Gelar Jambore MAKMUR untuk Pertanian Berkelanjutan BACA JUGA:Pupuk Indonesia Siapkan 355.313 Ton Pupuk Subsidi Untuk Aceh Hingga Jawa Tengah Dari sisi ketersediaan, Pupuk Indonesia menekankan bahwa selain kapasitas produksi, penting untuk memastikan pupuk benar-benar sampai ke tangan petani dengan tepat dan transparan.“Lima tahun ke depan, kami akan menambah kapasitas produksi sekitar 2 juta ton, tapi di luar itu kami juga memperbaiki pabrik tua yang ada. (Namun) availability tidak cukup hanya dengan menambah kapasitas produksi, tapi juga yang penting memastikan pupuk sampai ke petani. Kami sudah mengimplementasikan digitalisasi end-to-end dari proses produksi sampai ditebus petani di kios dengan menggunakan sistem yang namanya i-Pubers. Jadi ini sudah sangat transparan. Ini adalah sebuah inovasi Pupuk Indonesia untuk memastikan availability itu,” ujar Rahmad saat didapuk sebagai pembicara dalam acara "Indonesia Future Policy Dialogue" pekan lalu.
Dengan adanya i-Pubers, Pupuk Indonesia dapat memantau setiap langkah dalam distribusi pupuk, memastikan ketepatan dan efisiensi dalam setiap proses.
Sistem ini sudah diterapkan di lebih dari 27.000 kios pupuk di Indonesia pada awal tahun 2024.
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Percepat Pembangunan Pabrik II B di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Bersama Wamentan RI Kunjungi Pabrik PT Pusri, Perkuat Kualitas Pupuk Petani Sumsel
Sementara itu, dari sisi affordability, Rahmad menggarisbawahi pentingnya keterjangkauan harga pupuk yang bisa memengaruhi volume pemupukan oleh petani, dan pada akhirnya bisa berimbas pada produktivitas pertanian.
”Setiap kenaikan Rp1.000 per kilogram pupuk bisa menurunkan volume pemupukan urea hingga 13 persen dan NPK hingga 14 persen. Dampaknya, penurunan produktivitas tanaman pangan bisa mencapai 0,5 ton per hektar, dengan disusul penurunan pendapatan petani mencapai Rp3,1 juta/hektar,” kata Rahmad.
Kolaborasi untuk Swasembada Pangan
Jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan akan mencapai 324 juta pada 2045, sehingga kebutuhan beras nasional diperkirakan melonjak, dari 31 juta ton per tahun saat ini menjadi sekitar 37-38 juta ton.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus mengupayakan peningkatan produksi beras," ungkap Rahmad.
BACA JUGA:Petani Wajib Tahu! Ini 6 Jenis Pupuk yang Bikin Buah Jagung Pakan Besar-besar
Hal ini menjadi krusial mengingat saat ini Indonesia tengah menghadapi tantangan cuaca ekstrem seperti fenomena El Niño yang berpengaruh besar pada hasil pertanian.
“Ini saatnya gotong royong untuk mencapai Asta Cita kedua, swasembada pangan. Tidak bisa satu pihak berdiri sendiri, semua harus gotong royong,” lanjut Rahmad.
Sebagai agroinput, Pupuk Indonesia berkomitmen untuk memproduksi pupuk berkualitas dengan lebih efisien dan kompetitif.
Namun, bahan baku akan menjadi faktor utama menjaga keterjangkauan dan tingkat konsumsi pupuk petani.