Beberapa program penurunan emisi tersebut di antaranya, substitusi fuel oil menjadi refinery gas, efisiensi energi.
Program Misi Musi (Minimize Loss Flaring melalui penambahan sistem kondensasi), reduce loss (COST-FLORESS), efisiensi BBM kendaraan perusahaan.
Hingga retrofit Freon ke Musicool, serta banyak lagi program lainnya.
BACA JUGA:Tingkatkan Kapabilitas SDM, Delegasi Bukit Asam Belajar Terkait Inovasi Energi Terbarukan
Selain itu, Kilang Pertamina Plaju juga mulai memproduksi produk-produk ramah lingkungan.
Misalnya Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur, Biosolar B35.
LS merupakan salah satu alternatif ramah lingkungan untuk bahan bakar kapal karena menghasilkan emisi sulfur (belerang) yang lebih rendah.
Selain itu, penggunaan MFO LS juga dapat membantu mengurangi pembentukan hujan asam dan pencemaran udara lainnya.
BACA JUGA:Berikut Ini Catatan Kinerja PHR di Triwulan 3 Tahun 2024 Dalam Produksi Migas
BACA JUGA:Tak Hanya Mengolah Migas, Kilang Pertamina Plaju Juga Berkomitmen Tekan Stunting di Sungai Gerong
Sementara, B35 sebagai bahan bakar nabati lebih ramah lingkungan jika dibandingkan bahan bakar diesel yang tidak mengandung FAME.
“Lebih ramah lingkungan karena menghasilkan buangan yang lebih bersih sehingga dapat mengurangi emisi karbon,” kata Yulianto.
Biodiesel B35 memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan bahan bakar fossil.
Ini karena biodiesel B35 mengandung oksigen yang membantu mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida.
BACA JUGA:PHE Temukan Cadangan Migas Baru di Pulau Sulawesi, Ini Nama Daerahnya