Honda

Refleksi Satu Abad Perguruan Taman Siswa, Revolusi Mental Saduran Ki Hajar Dewantara

Refleksi Satu Abad Perguruan Taman Siswa, Revolusi Mental Saduran Ki Hajar Dewantara

PALEMBANG, PALPRES.COMRevolusi mental yang penah digaungkan Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Umum 2014 dinilai merupakan saduran dari pendiri Perguruan Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara.

Konsep pendidikan yang kini dipertahankan Yayasan Taman Siswa ini membangun kebudayaan dalam kehidupan baik terkait rohania, mentalitas dan karya.

Anggota Yayasan Perguruan Taman Siswa Palembang, Ki Syahri menjelaskan, pendirian Perguruan Taman Siswa sebagai bentuk perlawanan rakyat pribumi terhadap kekuasaan pemerintah Hindia Belanda, melalui pendidikan.

“Taman Siswa lahir sebagai respon kondisi pribumi yang ada. Pada saat itu pribumi sangat terbatas untuk mendapat pendidikan dan Ki Hajar sebagai tokoh pergerakan yang juga seorang wartawan memiliki pemikiran untuk membebaskan dari penjajahan itu, salah satu yang harus diwujudkan adalah bagaimana mendidik pribumi, mendidik bangsa,” jelas Ki Syahri saat mengisi Podcast Cuko Pedes di Studio Palpres Official, belum lama ini.

BACA JUGA:Bina Mental Spritual WBP di Rutan Prabumulih

Ki Syahri menjelaskan, konsep pendidikan berbasis nasionalisme ini dinilai menjadi salah satu jalan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Lewat pendidikan juga dinilai bisa menumbuhkan kesadaran, kemandirian dan kedaulatan secara individu.

“Visi Taman Siswa dari awal adalah sebuah lembaga kebudayaan melalui pendidikan sebagai alat utama untuk mewujudkan manusia merdeka,” jelasnya.

Maksudnya, sambung Ki Syahri, makna kebudayaan adalah kehidupan. Prinsip yang dibangun Ki Hajar Dewantara untuk membangun kehidupan berkebudayaan.

“Makna kebudayaan saat ini sudah mengalami distorsi yang luar biasa, seolah-olah kebudayaan itu hanya dilihat dari adat istiadat dan kesenian. Padahal kebudayaan adalah kehidupan, Ki Hajar Dewantara mengusung tiga hal yang menyangkut budaya yakni daya ciptanya seperti rohaniah, kemudian mentalitasnya atau kemauan dan terakhir karyanya,” jelasnya.

BACA JUGA:Berharap Himpaudi Membentuk Karakter Anak

Dia menambahkan, nilai idelis dari peninggalan Ki Hajar Dewantara adalah membangun kebudayaan melalui pendidikan. Konsep kebudayaan inilah yang dinilai menjadi saduran Presiden Jokowi saat menggaungkan revolusi mental.

“Ketika berbicara kebudayaan bukan hanya rohani saja tapi batiniah, spiritual, mentalitas, moral, pengetahuan dan terakhir keterampilan. Satu kesatuan inilah yang pada dasarnya mewujudkan budi pekerti yang luhur. Konsep inilah yang kini tetap kita pertahankan dalam model pembelajaran di Perguruan Taman Siswa,” terang Ki Syahri.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Perguruan Taman Siswa di Palembang, Nyi Widya Astin, menjelaskan, latar belakang peringatan satu abad ini untuk menggali potensi anak muda dengan cara Merdeka Belajar.

“Semua kegiatan dalam peringatan satu abad ini berbasis kebudayaan dalam arti yang luas. Anak-anak kita libatkan untuk mengikuti serangkaian acara seperti lomba mewarnai, menggambar, dan ada juga lomba bercerita,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: