Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesepuluh)
Ternyata persamaan itu sangat lebih kuat dari apa yang saya bayangkan.
Lihat di sini beberapa aksara Batu Tulis (Buitenzorg) [...].
Ketika belum lama ini saya bertemu Engelmann di Bandung, ia tampak sedikit membaik, meskipun ia mesti berjuang melawan sakit di kakinya yang membengkak parah.
BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Ketujuh)
Seolah-olah belum juga cukup penderitaannya; tetapi musibah pasti ada penyebabnya.
Saya menyarankan Engelmann agar ia sekali waktu meninggalkan Bandung dan ia berjanji kepada saya bahwa ia akan berangkat ke Buitenzorg dalam waktu beberapa hari lagi.
Bandung mematikan semangatnya. Andaikan saja ia diberikan penugasan yang telah diberikan kepada D. Koorders.
Pria jahat itu mentertawakan mereka, tetapi rira bien qui rira le dernier (orang yang tertawa terakhir, tertawa paling keras).
BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keenam)
Cepat atau lambat ia akan mendapatkan balasan.
Apakah orang-orang yang munafik dan berkonspirasi itu tidak mengenal takdir yang membuat mereka mendapatkan ganjaran yang setimpal.
Bagaimana mereka di Belanda bisa dikelabui oleh pria semacam itu!
Namun cepat atau lambat mereka akan menyadari bahwa mereka telah membiarkan musuh menyelusup ke dalam.
BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kelima)
Alangkah jahatnya saya mempunyai pikiran semacam itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: palpres.com