Honda

Kiprah Masyumi Rating 18 Ilir Palembang (Bagian Pertama)

 Kiprah Masyumi Rating 18 Ilir Palembang (Bagian Pertama)

Anggota Anggota Dewan Pemerintah Daerah Sementara Provinsi Sumsel periode tahun 1953. (Sumber foto: Republik Indonesia, Propinsi Sumatera Selatan, Kementrian Penerangan, Siliwangi - Jakarta, Agustus 1954)-Kementerian Penerangan-palpres.com

Pada Oktober 1945, Muhammad Natsir ditunjuk menjadi kepala komite untuk merealisasikan hal tersebut.

BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Keduabelas)

Setelah keluar Maklumat no X, pada November tentang anjuran membentuk partai politik, Natsir langsung bergerak cepat.

Empat hari setelah keluarnya maklumat atau tepatnya 7 dan 8 November 1945 diadakanlah Muktamar Umat Islam di Gedung Muallimin Yogyakarta.

Acara ini dihadiri oleh para tokoh dan pemimpin organisasi Islam.

Nama Masyumi akhirnya dipilih sebagai nama partai.

BACA JUGA:Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesebelas)

Sedangkan posisi Ketua Umum terpilih nama Soekiman Wirjdosandjojo, lalu KH Hasyim Asy'ari dipilih sebagai ketua Majelis Syuro.

Partai Masyumi yang tadinya diharapkan menjadi pemenang dalam Pemilu akhirnya tidak kesampaian.

Perpecahan membuat perolehan suara partai Masyumi di pemilu 1955 berada di bawah Partai Nasional Indonesia (PNI).

Sedangkan posisi NU, berada di urutan ketiga di atas Partai Komunis Indonesia (PKI).

BACA JUGA: Surat-surat Herman Neubronner van der Tuuk di Lampung, 1868-1869 (Bagian Kesepuluh)

Pada 1952, NU sendiri telah membentuk Liga Muslimin Indonesia bersama PSII dan Perti.

Partai Masyumi kemudian berakhir tragis setelah dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960.

Para pemimpinnya disebut terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang dianggap sebagai gerakan separatis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com