Honda

Kisah Pengrajin Dandang di Musi Rawas, Tetap Eksis Meski Tergerus Zaman

Kisah Pengrajin Dandang di Musi Rawas, Tetap Eksis Meski Tergerus Zaman

Ruslan (50) sudah sejak tahun 1990 bekerja sebagai pengrajin dandang, 33 tahun bukan waktu yang sebentar, sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah dandang yang pernah dia buat.-Zulkarnain-Palpres.com

MURA, PALPRES.COM- Kilauan plat kaleng, bunyi mesin potong, serta bisingnya suara besi dan plat yang dipukul membuat kampung dandang yang beralamat di kelurahan Bandung Kiri RT 01 kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau terlihat hidup.

Seperti menolak mati, dan terus bertahan melawan modernisasi, Kampung dandang enggan berhenti berotasi menghidupi para penggiatnya dari hari ke hari.

Ruslan (50) sudah sejak tahun 1990 dirinya bekerja sebagai pengrajin dandang, 33 tahun bukan waktu yang sebentar, sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah dandang yang pernah dia buat.

Di Kampung yang mayoritas warganya 70 persen berprofesi sebagai pembuat dandang, Ruslan pelan-pelan menekuni keahlian itu sejak lama. 

BACA JUGA:10 Destinasi Wisata Andalan Kabupaten Musi Rawas, Wajib Dikunjungi Saat Liburan Akhir Tahun

Keahlian yang diperolehnya dari keluarganya yang lebih dulu sudah berkecimpung di dunia pembuatan dandang.

Baginya tak ada pilihan lain, untuk terus meneruskan bisnis keluarga yang sudah berhasil membesarkannya hingga dapat membuat rumah dan membeli beberapa kapling tanah.

"Saya belajar sudah lama dari keluarga, mamang saya sebelum tahun 90an sebelumnya ikut bekerja di sana dan memutuskan untuk memulai bisnis sendiri,” ucapnya.

Sambil membuat dandang, Ruslan bercerita dan bernostalgia, bagaimana bisnis yang ditekuninya ini pernah menjadi kebutuhan primer sebuah keluarga pada tahun 1990 hingga tahun 2005.

BACA JUGA:Rekomendasi Warung Bakso Enak di Lubuklinggau, Harga Mulai Rp15.000

Jauh sebelum adanya penanak nasi elektrik, bisnis pembuatan dandang pernah berjaya. Setidaknya era tahun 1990 hingga tahun 2005 dandang menguasai pasar peralatan dapur dalam bentuk kukusan. Kala itu, ia berani menjamin, tak ada satu rumah pun yang tak memiliki dandang.

"Kalau dulu dandang ini jadi barang yang dibutuhkan, apalagi yang rumah tangganya baru, paling tidak dandang digunakan untuk masak nasi," ujarnya.

Mulanya pembuat dandang di kampung ini hanya ada satu orang dikarenakan bisnis ini sangat menjanjikan pada masa kejayaannya membuat warga sekitar mulai belajar dan membuat bisnis yang sama.

"Awalnya yang buat dandang hanya satu, itu mamang saya Rosikin, karena melihat bisnis ini maju pesat membuat warga yang lain belajar dan akhirnya membuka bisnis sendiri," ungkapnya.

BACA JUGA:Segera Dapatkan Bantuan Dana Gratis Langsung Cair Rp600 Ribu dari Kemensos Melalui Link Ini

Untuk peredaran dandang ini pun terbilang luar biasa, sudah hampir pulau Sumatera barang dipasok oleh para penjualnya.

"Kalau penjualan kita sudah hampir seluruh pulau Sumatera, dari Bengkulu, Padang, Riau bahkan Medan," lanjutnya.

Harganya pun berpartisipasi tergantung bahan dan ukuran mulai dari harga Rp150 ribu hingga Rp500 ribu per buahnya.

“Harga kita menyesuaikan tergantung bahan dan ukuran kalau yang biasa itu diharga Rp150 ribu tapi kalau yang bahannya tebal itu kita hargai Rp500 ribu,” ucapnya.

Di zaman modern seperti saat ini para pengrajin dandang berharap agar bisa dapat bantuan dari pihak pemerintah baik modal ataupun peralatan.

BACA JUGA:Guru Bakal Dapat Tunjangan Profesi di 2023, Besarnya Hingga Rp20 juta, Ini Ketentuan dan Jadwal Pencairannya

"Saya berharap semoga pemerintah lebih peka dengan usaha kami, saat ini kami masih perlu modal dan peralatan agar bisa tetap eksis di zaman modern seperti saat ini,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com