Kisah Keshalihan Nabi Ismail dan Ketangguhan Orang Tua dalam Mendidiknya
Kisah Keshalihan Nabi Ismail dan Ketangguhan Orang Tua dalam Mendidiknya--Sumber: Tebuireng Initiatives
BACA JUGA:6 Jurusan Kuliah dengan Prospek Kerja Menjanjikan dan Gaji Tinggi, Ada Kampus TOP QS WUR 2024
Bagaimana jawaban Ismail? Apakah beliau mengelak? Apa dia menganggap toxis kepada orang tuanya?
Namun, ternyata jawaban Ismail sangat berhati besar menerima perintah Allah itu,
“Wahai, ayahku! Lakukanlah hal yang diperintahkan (Allah); insya Allah engkau akan melihatku termasuk orang yang sabar."
Jawaban itu seperti sebuah keyakinannya yang murni, akidah yang kokoh tanpa banyak basa-basi.
BACA JUGA:5 PTN dengan Jurusan Kehutanan di Kampus TOP QS WUR 2024, Minat?
Bahkan, saking menakjubkan sifatnya, para mufassir mengatakan bahwa usia nabi Ismail saat itu sekitar 13-16 tahun.
Sangat muda, tapi pemikirannya bijaksana, bahkan lebih dari orang-orang yang usianya lebih tua darinya.
Lalu, di balik semua itu, faktor-faktor apa saja yang mampu menciptakan mentalitas seperti yang dimiliki oleh Nabi Ismail semasa muda?
1. Kemurnian Akidah, faktor penentu sikap anak sebelum yang lain.
BACA JUGA:14 Universitas Dengan Jurusan Teknik Sipil Terbaik di Indonesia, Ada Kampus TOP QS WUR 2024
Mark kita simak sebuah doa dari Nabi Ibrahim ketika pertama kali menempatkan istri dan anaknya di lembah Makkah,
“Ya Tuhan, sesungguhnya aku menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman, di dekat rumah yang Engkau rahmati (Baitullah), ya Tuhan (yang seperti demikian) agar mereka melaksanakan shalat..." (QS Ibrahim 37)
Faktor menenangkan Nabi Ibrahim ketika meninggalkan kedua orang tercintanya di lembah Makkah, bukan karena fasilitas maupun makanan yang melimpah; melainkan karena di sana ada Baitullah supaya keturunannya melaksanakan salat.
Kemudian, Nabi Ibrahim melengkapi doanya,
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: