Honda

Sejarah Perang Khandaq dan Keteguhan Kaum Muslim dalam Menghadapi Kesulitan

Sejarah Perang Khandaq dan Keteguhan Kaum Muslim dalam Menghadapi Kesulitan

Sejarah Perang Khandaq dan Keteguhan Kaum Muslim dalam Menghadapi Kesulitan--Sumber: Syakal IAIN Kediri

PALEMBANG, PALPRES.COM — Ada sejarah sebuah perang di masa Rasulullah yang beratnya luar biasa seakan-akan tidak ada celah untuk menang karena situasinya yang negitu sulit, yakni Perang Khandaq.

Coba kita renungkan peristiwa ini. Hampir semua wilayah di Semenanjung Arab bersekutu untuk menyerang kota Madinah.

Dari perspektif di zaman itu, kemungkinan ini adalah bentuk peperangan menyeluruh, seperti ‘Perang Dunia’, yang hampir melibatkan semua kekuatan politik di wilayah Arab.

Apabila kita mengamati dan membaca dengan teliti, kita akan menyadari seberapa rumitnya situasi selama Perang Khandaq.

BACA JUGA:Pataka Bendera Kesultanan Palembang Darussalam Kembali Kawal Duplikat Bendera Merah Putih, Begini Faktanya?

1. Para sahabat nabi bekerja keras menggali parit tanpa henti, seringkali tanpa kesempatan untuk beristirahat.

Tidak hanya sekadar menggali parit biasa, tapi mereka menggali dengan risiko nyawa, mengingat serangan musuh bisa datang kapan kapan pun.

2. Banyak dari sahabat merasakan rasa lapar yang mendalam, tetapi mereka tidak dapat makan karena tidak ada makanan yang tersedia atau waktu untuk makan sangat terbatas.

3. Selain itu, Nabi dan sahabat nabi tidak dapat melaksanakan shalat karena menghadapi ancaman terhadap nyawa mereka.

BACA JUGA:5 Jurusan Kuliah Ini Anti Ribet, Terdapat di Kampus QS WUR 2024, Tertarik?

Dalam peperangan yang menegangkan ini, Nabi dan para sahabat menggabungkan lima kali shalat wajib sehari menjadi satu shalat yang dilakukan pada malam hari.

4. Saat melihat sahabat-sahabatnya mengalami kelaparan, Nabi juga merasakan lapar. Beliau mengikat batu di perutnya sebagai cara untuk meredam rasa lapar.

5. Karena keadaan yang genting, sahabat-sahabat perempuan dan anak-anak diminta pergi ke benteng Bani Haritsah untuk berlindung.

Langkah ini memungkinkan sahabat-sahabat laki-laki untuk sepenuhnya fokus pada perencanaan strategi.

BACA JUGA:5 Jurusan Soshum Favorit Anak IPA di Kampus QS WUR 2024, Ada Jurusan Idamanmu?

6. Dalam situasi yang berat itu muslim bekerja sama dengan Yahudi.

Madinah malah sebaliknya karena melakukan tindakan pengkhianatan dengan menyerang dari belakang.

Pernahkah kamu merasakan tekanan yang begitu kuat seperti itu? Peristiwa itu adalah suasana yang penuh ketegangan dan ketakutan, ditambah dengan tantangan yang sangat berat.

Qadarullah, Nabi dan sahabat berhasil tetap kokoh menghadapi segala kesulitan tersebut dengan menerapkan berbagai strategi dari umat Muslim pada saat itu.

BACA JUGA:4 Jurusan Kuliah yang Miliki Gaji Tinggi, Dapat Ditemukan di Kampus TOP QS WUR 2024, Minat?

Tetapi, sering kali ada satu aspek yang terabaikan, yaitu keterbukaan Peradaban Islam.

Saat menghadapi awal pertempuran Khandaq, Salman al-Farisi memberikan saran untuk menggali parit sebagai taktik untuk memperlambat pergerakan musuh.

Parit yang dibuat memiliki ukuran yang besar, dengan panjang 5,5 km, lebar 4,6 m, dan kedalaman 3,3 m.

Nabi memutuskan bahwa setiap kelompok 10 sahabat bertanggung jawab untuk menggali parit sepanjang 40 hasta (setara dengan sekitar 18 meter).

BACA JUGA:4 Jurusan untuk Kamu yang Anti Matematika, Tersedia di Kampus QS WUR 2024, Tertarik?

Apabila Nabi tetap keras kepala dan menolak untuk menerima saran dari kebijakan militer Persia sejak awal, kemungkinan besar umat Islam akan mengalami kekalahan.

Namun, dalam situasi kritis tersebut, Nabi malah membuka diri pada peradaban di luar Islam.

Mari kita renungkan, pada saat itu, komunitas Muslim hanya sedikit, baru berada di Madinah. Mereka masih dalam tahap perkembangan sebagai kelompok umat Muslim dan secara politik memiliki kekuatan yang terbatas.

Mereka sangat rentan terhadap serangan dan sebagian besar anggota masyarakat masih sangat terikat dengan budaya Arab.

BACA JUGA:5 Jurusan Untuk Kamu yang Ingin Berbisnis, Ada di Kampus TOP QS WUR 2024, Minat Masuk?

Pada saat itu, pola pikir yang dominan adalah pola pikir jahiliyah, yang menempatkan kepentingan suku di atas segalanya.

Jika dipikirkan secara rasional, langkah yang paling aman adalah mengikuti kebiasaan dan budaya kaum mereka, yang mana semuanya kental dengan unsur Arab.

Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko pengkhianatan ‘orang asing’ seperti Salman al-Farisi.

Tetapi, ketika berkaitan dengan urusan dunia dan rencana seperti ini, Islam sangat menerima pengaruh dari peradaban di luar komunitas Muslim.

BACA JUGA:Masih Langka di Indonesia, 2 Kampus QS WUR 2024 dengan Jurusan Teknik Nuklir, Berapa Baiaya Kuliah?

Masa itu, Kekaisaran Persia adalah peradaban Majusi yang kemudian menjadi ancaman potensial bagi umat Muslim di masa mendatang—sekarang meliputi wilayah Iran dan sekitarnya.

Namun demikian, Nabi meninggalkan pola pikir jahiliyah dan menerima saran strategis dari Salman, yang notabene berasal dari Persia.

Sebenarnya, pertempuran Khandaq merupakan panggung yang sempurna untuk menampilkan keimanan yang luar biasa, ketabahan dalam menghadapi tantangan, persahabatan yang kuat, kepemimpinan yang unggul, serta sebagai contoh keterbukaan Islam dari adanya Keperadaban Islam.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: