Honda

Mengulik Filosofi Bubur Sengkolo, Hidangan Tradisional Adat Jawa yang Sarat Makna dalam Kehidupan

Mengulik Filosofi Bubur Sengkolo, Hidangan Tradisional Adat Jawa yang Sarat Makna dalam Kehidupan

Mengulik Filosofi Bubur Sengkolo, Hidangan Tradisional Adat Jawa, Sarat Makna dalam Kehidupan--Sumber: Instagram/ wonosobohitz

Hidangan ini sering disajikan saat berbagai perayaan seperti ulang tahun, pernikahan, dan festival panen.

Menurut tradisi Jawa, bubur merah putih dibuat sebagai simbol menolak sial dan melindungi diri dari sial.

BACA JUGA:Warganya Mandi Keringat, Suhu Mencapai 38,8 Derajat, Kota Terpanas di Sumatera Selatan, Bukan Pagaralam, Tapi?

BACA JUGA:4 Kampus Politeknik Terbaik di Indonesia versi Webometrics 2023, Politeknik Sriwijaya Masuk Gak Nih?

Inilah sebabnya mengapa hidangan ini sering disajikan pada acara-acara penting dalam hidup.

Secara garis besar, ada tiga fase dalam hidup yang harus dirayakan dan dianjurkan membuat bubur merah putih

1. Kelahiran

Sering dihidangkan pada saat kelahiran seorang anak sebagai simbol penolakan kemalangan dan melindungi bayi yang baru lahir dari kesialan.

BACA JUGA:Jangan Lewatkan, UMKM Bisa Dapat BLT Rp2.400.000 Cair September Ini, Segera Daftar di Sini

BACA JUGA:Kenikmatan Cokelat Indonesia Ternyata Berasal dari Biji Kakao di Provinsi Ini, Daerah Mana Saja?

2. Pernikahan

Bubur merah putih melambangkan penyatuan energi laki-laki dan perempuan, yang diperlukan untuk terciptanya kehidupan baru.

3. Musim Panen

Bubur merah putih juga disajikan pada musim panen sebagai simbol rasa syukur dan syukur atas melimpahnya hasil panen.

BACA JUGA:6 Pemain Naturalisasi yang Gagal Bersinar, Nomor 5 Padahal Topskor Liga Australia

BACA JUGA:Belajar Bahasa Inggris Tak Harus ke Pare, Ini Dia Kampung Inggris di Indonesia, Ada di Sumatera!

Secara keseluruhan, bubur merah putih merupakan hidangan yang kaya akan tradisi dan simbolisme budaya Jawa.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: