Asal Usul Nama Empat Lawang, dari Empat Pintu Ataukah Empat Pendekar Ya?
EMPAT: Tugu Empat Lawang -Foto: Anita-Palpres
EMPAT LAWANG, PALPRES.COM – EMPAT LAWANG adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, menjadi kabupaten pembatas antara Provinsi Sumatera Selatan dengan Provinsi Bengkulu.
Sebelum menjadi sebuah kabupaten yang mandiri, Empat Lawang menjadi bagian dari Kabupaten Lahat.
Namun sejak 20 April 2007, Empat Lawang resmi memisahkan diri dari Kabupaten Lahat dan menjadi kabupaten yang berdiri sendiri.
Mengenai asal usul nama Empat Lawang sendiri ada beragam versi.
Hal tersebut dikatakan oleh Sulton Bustari selaku Ketua Pembina Adat Kabupaten Empat Lawang.
Sulton mengatakan memang ada beragam versi mengenai asal usul nama Empat Lawang, namun demikian jika dikaitkan maka akan menemukan satu titik kesamaan.
Sulton sendiri mengambil versi cerita berdasarkan data dari dokumen kuno, yang isinya tentang sejarah asal usul nama Lintang Empat Lawang.
Dokumen kuno tersebut disalin oleh pangeran H. Abu Bakar bin H. Yen, pangeran ke-12 yang berkuasa di tanah Lintang Empat Lawang setelah Kerajaan Sriwijaya berdiri.
H. Abu Bakar bin H. Yen ini lahir tahun 1854 dan wafat pada tahun 1980.
Sebelumnya, nama Empat Lawang ialah Lintang Empat Lawang
Namun karena sesuatu dan lain hal ,akhirnya berubahlah namanya menjadi Empat Lawang.
Lintang berasal dari kata lantang yang artinya kuat, gagah, berani, dan sakti mandraguna.
BACA JUGA:Mengulik Asal Usul Keindahan Pulau Kemaro, Punya Legenda Putri Raja yang Sangat Tragis
BACA JUGA:Asal Usul Nama Laksan, Makanan Khas Palembang Bercita Rasa Dahsyat, Benarkah dari Bahasa Inggris?
Sementara Empat Lawang berasal dari 2 kata yaitu Empat yang artinya angka empat dan Lawang yang artinya pintu.
Ada juga yang bilang bahwa Lawang itu artinya pendekar atau pahlawan.
Maka apabila disambungkan, Empat Lawang artinya empat pintu yang dijaga oleh empat orang pendekar atau pahlawan.
Diceritakan oleh Sulton, empat pendekar yang menjaga empat pintu tersebut bernama Muhammad Abdullah dengan julukan Jantan Mata Api, Sulaiman dengan nama panggilan Macan Kumbang, Betok Wajadi yang memiliki nama panggilan Jago Goreng alias Tokek, serta Suib Akbar dengan gelar Jalak Jambul.
BACA JUGA:Sebaiknya Anda Tahu, Ini Asal Usul 3 Jenis Batu Akik Bacan
BACA JUGA:Bikin Salfok! 7 Nama Desa Unik di Kabupaten Kebumen, Anda Tahu Asal Usulnya?
Adapun keberadaan empat pintu tersebut yakni pertama ada di Desa Tanjung Raya, Kecamatan Pendopo Barat.
Kedua ada di Desa Sawah, Kecamatan Muara Pinang.
Ketiga ada di Desa Lubuk Puding, Kecamatan Ulu Musi.
Keempat ada di Desa Muara Danau, Kecamatan Lintang Kanan.
BACA JUGA:Asal Usul Terbentuknya Danau Toba, Menurut Legenda Masyarakat atau Sains?
Sejak berdirinya Kabupaten Empat Lawang yakni pada 20 April 2007, Kecamatan Tebing Tinggi dipilih menjadi sebagai ibukota Empat Lawang.
Nah, berbicara mengenai Kecamatan Tebing Tinggi, ternyata dari segi historis, Tebing Tinggi ini memiliki sejarah yang luar biasa.
Kenapa?
Dikatakan luar biasa karena pada era penjajahan Belanda yakni sekitar tahun 1870an, Tebing Tinggi pernah diusulkan untuk jadi ibukota keresidenan Belanda.
BACA JUGA:Misteri Batu Akik Merah Delima, Harga, Mitos, dan Asal Usulnya
BACA JUGA:Mengapa PP Disebut Pulang Pergi Bukan Sebaliknya, Ini Asal Usulnya
Pada saat itu penjajah Belanda sedang berencana membentuk keresidenan bernama Zuid Sumatera yang meliputi Jambi, Lampung , dan Palembang.
Pemilihan Tebing Tinggi ini bukan hanya asal pilih saja, alasannya ialah karena letak strategis Tebing Tinggi.
Karena letaknya yang strategi situ, Tebing Tinggi dinilai bisa menghalau ancaman dari pemberontak yang berasal dari daerah Pasemah dan Pagaralam.
Namun Tebing Tinggi batal dipilih sebagai ibukota keresidenan Zuid Sumatera karena saat itu Belanda hanya membentuk satu keresidenan saja yakni residen Sumatera.
BACA JUGA:Asal Usul Bolu Cupu, Makanan Khas Legendaris Kayuagung, Bisa Juga Buat Oleh-Oleh, Yuk Kepoin!
BACA JUGA:Asal Usul Bahasa Lembak yang Bermukim di Sepanjang Provinsi Bengkulu Hingga Kota Lubuk Linggau
Sementara itu pada masa penjajahan Jepang (1942-2945) Tebing Tinggi menjadi daerah kewedanaan Jepang, atau dalam bahasa Inggris dan bahasa Belanda disebut distik atau dalam bahasa Indonesia artinya kecamatan.
Hingga akrhirnya setelah kemerdekaan Indonesia, Tebing Tinggi menjadi salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Empat Lawang.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: