Honda

Saksi Bisu Perjuangan Bangsa Indonesia, Inilah 3 Jembatan Tertua di Surabaya yang Ikonik

Saksi Bisu Perjuangan Bangsa Indonesia, Inilah 3 Jembatan Tertua di Surabaya yang Ikonik

Ilustrasi jembatan tertua di Surabaya-wikipedia-

PALPRES.COM - Surabaya sebagai Kota Pahlawan memiliki banyak tempat bersejarah, salah satunya jembatan tertua yang ikonik.

Disebut sebagai jembatan tertua karena jembatan ini dibangun sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan ada yang telah berusia 214 tahun.

Bukan hanya sebagai penghubung antar satu kawasan dengan kawasan lain, jembatan tertua di Surabaya juga sering dijadikan tempat wisata edukasi.

Agar mengenal lebih dalam mengenai jembatan tertua di Surabaya ini berikut ini pembahasannya.

BACA JUGA:Hadir dengan Fitur Terbaru! 4 Rekomendasi Tablet Terbaik, Harga Mulai Rp2 Jutaan

1. Jembatan Merah

Jembatan Merah dibangun pada tahun 1809 sejak era Gubernur Jenderal Deandels.

Jembatan sepanjang 40 meter dan lebar 20 meetr ini berdiri kokoh di Jalan Kembang Jepun Pabean Surabaya.

Dalam perjalanannya, Jembatan Merah menjadi ikon dan bersejarah bagi Kota Surabaya karena mempunyai keunikan.

BACA JUGA:BLT El Nino Cair Serentak Bansos BPNT Sembako Via Pos Senin Besok, Jangan Lewatkan Ya!

- Sebagai jembatan tertua di Surbaya, Jembatan Merah terus dirawat oleh Pemkot Surabaya dengan mempercantik kawasan ini seperti pemasangan lampu-lampu nan indah.

- Jembatan Merah menjadi saksi bisu perjuangan arek-arek Suroboyo melawan tentara Sekutu di tahun 1945.

- Jembatan Merah merupakan lokasi tewasnya pimpinan tentara Sekutu Brigadir Jenderal AWS Malabay yang tertembak oleh arek-arek Suroboyo.

- Menyimpan banyak peristiwa sejarah yang menyertai kokohnya Jembatan Merah.

BACA JUGA:Kilang Raksasa di Papua Barat Diresmikan, Jokowi Sebut Serap 70 Persen Tenaga Kerja Lokal

- Menjadi lokasi wisata sejarah yang unik lantaran masih banyak bangunan tua yang saat ini digunakan sebagai gedung perbankan dan perkantoran.

- Banyak tempat-tempat sejarah yang berada di sekitar Jembatan Merah, Jembatan Merah Plaza, Taman Sejarah, Kleteng Hong Tiek Hian, Pasar pabean, Kawasan Ampel dan Museum Sampoerna.

2. Jembatan Gubeng

Jembatan Gubeng dirancang oleh Citroen Architects dan dibangun tahun 1924 oleh pembangunan Balai Kota (Stdahius).

BACA JUGA:Kampung Unik di Banjarnegara, Lokasinya Sangat Ekstrem, Warganya Cuma 7 Kepala Keluarga

Pembanguna Jembatan Gubeng dimaksudkan untuk mempermudah akses dari Gubeng ke Simpang, Ketabang dan Darmo.

Kontruksi salah satu jembatan tertua di Kota Surabaya ini adalah dalam struktur beton bertulang.

Sebelum dibangun, Jembatan Gubeng memiliki struktur yang sama dengan Jembatan Peneleh dan Jembatan Merah yakni besi.

Jembatan baja ini dibangun bersamaan dengan Jembatan Peneleh dan Jembatan Merah pada tahun 1890-an.

BACA JUGA:Takut Pasanganmu Selingkuh, Ini 7 Cara Menyadap HP dari Jarak Jauh Tanpa Diketahui

Menurut peta tahun 1866, di tempat ini tidak ada jembatan yang menghubungkan Gubeng dan Ketabang.

3. Jembatan Petekan

Pembangunan Jembatan Petekan dilakukan oleh NV Machinefabriek Braat and Co pada tahun 1900 dan beroperasi pada 16 Desember 1939.

Jembatan ini awalnya bernama Ferwerda Brug karena diambil dari nama seorang panglima perang angkatan laut Hindia Belanda, Admiraal Ferwerda.

BACA JUGA:Calon Pembeli Wajib Tahu, Inilah 4 Kelemahan Suzuki Jimny 5 Pintu yang Dinantikan Masyarakat Indonesia

Seiring waktu, jembatan ini sering disebut sebagai Jembatan Petekan.

Lantaran jembatan ini memiliki sistem kerja yang ditekan atau bahasa Jawanya dipetek alias memiliki petekan, dipencet atau ditekan, maka disebutlah Jembatan Petekan.

Dulu, sebagai kota yang ramai akan lalu lintas kapal besar hingga perahu, banyak kapal yang melintasi Jembatan Petekan ini.

Agar kapal-kapal besar bisa lewat, maka jembatan ini akan dipencet dan langsung membelah diri dengan mengangkat kontruksinya agar perahu bisa lewat.

BACA JUGA:Lupakan Blunder, Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia Ini Janjikan Penebusan Dosa di Piala Asia

Jembatan Petekan dioperasikan menggunakan mesin.

Ada dua roda gigi yang menggerakkan dua tuas, dimana fungsinya untuk menaikkan dan menurunkan jembatan kontruksi.

Pada tahun 2008, Wali Kota Surabaya melalui SK Wali Kota Surabaya 188.45/004/402.1.04/1998 Nomor Urut 47 Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kota Surabaya telah menetapkan Jembatan Petekan sebagai cagar budaya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: