Puskass Pelajari Akar Konflik antara Gajah dan Manusia di OKI, Ini Hasilnya
Tim Puskass saat turun langsung ke daerah Air Sugihan, OKI, guna mengkaji akar konflik antara gajah dan manusia di daerah tersebut.-Dudi Oskandar-
BACA JUGA:Honda Vario 125 Hadir dengan Rangka Underbone dan Fitur Terbaru
BACA JUGA:Penantian 33 Tahun Terbayarkan, Begini Progres Bendungan Rp1,38 Triliun di Sumatera Utara
Untuk menggambarkan kondisi itu, Vebri mengisahkan satu tradisi lisan di Sumsel terkait gajah.
“Dikisahkan dalam satu tradisi lisan, Dasir mati karena mengusik gajah.
Selain itu, dalam sejarah Raja Sriwijaya, Shih-ling-chia dikatakan menaiki gajah jika melakukan perjalanan jauh.
Inti artinya, sejak masa lampau gajah Palembang sudah mendukung kehidupan manusia di Sumatera Selatan.
BACA JUGA:7 Rekomendasi Pewangi Pakaian Terbaik 2024, Nomor 5 dan 6 Cocok Untuk Pakaian Bayi
BACA JUGA:Jual Obat Keras Tanpa Izin, Pria Ini Divonis 7 Bulan Penjara
Bukan berkonflik.
Sehingga jika ada konflik manusia dan gajah, maka kita harus dicari solusi budayanya yang pas,” ujar Vebri Al-Lintani.
Oleh sebabnya, menurut Vebri, Tim Puskass melakukan kajian dengan mencari akar konflik antara masyarakat dengan gajah.
Sekaligus melakukan kajian terkait berbagai kearifan lokal tentang gajah, sehingga dapat dijadikan solusi dalam penanganan gajah di sana.
BACA JUGA:Rekomendasi 7 Tempat Makan Durian Terlezat di Palembang, Harga Murah dan Banyak Varian
Ketua Tim Puskass, Dedi Irwanto menambahkan, sejak awal Maret, Tim Puskass telah mengumpulkan berbagai dokumentasi soal konflik gajah dan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: