Honda

TERJAWAB! Penyakit Gugur Daun Buat Produksi Karet Sumsel Turun

TERJAWAB! Penyakit Gugur Daun Buat Produksi Karet Sumsel Turun

ternyata penyakit gugur daun buat harga karet sumsel terjun bebas--Istimewa

PALEMBANG, PALPRES.COM -  tenyata Produksi karet di Sumatera Selatan (Sumsel) terus menurun. 

Tenyata Penurunan ini disebabkan oleh anjloknya produktivitas karet akibat penyakit tanaman seperti penyakit gugur daun dan alih fungsi lahan.

"Tentunya APBD khusus untuk pendanaan penyakit daun karet itu ada tetapi terbatas. Apalagi lahan kebun karet di Sumsel mencapai 1,1 juta hektare," ujar Kepala Bidang Perekonomian dan Pendanaan Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatra Selatan Hari Wibawa, Pada Jumat 12 Juli 2024

Tak hanya itu. Selain anggaran yang terbatas, kata dia, persoalan eksportir karet yang kian menurun juga menjadi persoalan sehingga harga karet kian anjlok.

Hari juga menerangkan, saat ini karet masih menjadi komoditas yang kurang menjanjikan.

Hal ini dikarenakan para pengusaha karet maupun investor lebih melirik komoditi lain yakni kelapa sawit.

"Dulu karet merupakan komoditi unggulan untuk Sumsel, Namun, karena hirilisasi yang belum terpusat makanya bisnis karet kurang dilirik," ungkapnya.

Selain itu Proyek pelabuhan Tanjung Carat di Sumsel hingga saat ini belum terealisasi karena terkendala penyelesaian izin lahan sehingga proses groundbreaking belum berjalan.

Hal inilah yang menghambat hirilisasi yang tidak terpusat.

Lalu Selain kendala pelabuhan Tanjung Carat, kepemilikan pabrik karet lebih dominan atau hampir 90 persen milik penanam modal asing (PMA).

Pada saat orang mau investasi harganya sama dengan Singapura bukan harga lokal. 

Ini harus ada intervensi dari pusat untuk harga. Dimana saat ini harga sawit cukup menjanjikan.

"LaKe depan dalam perencanaan jangka panjang kita, karet itu tetap jadi produk unggulan Sumsel dan bisa eksis lagi. Tapi mungkin ada sedikit arahnya ke hilirisasi terpusat, tidak hanya di tepi sungai Musi saja yang menjual cuma sebagai crumb rubber (serbuk karet), tapi harus ada produk jadi. Dan harus ada investor dan investor ingin ada kawasan khusus seperti pelabuhan Tanjung Carat," ungkapnya.

Harga karet menurun sejak tahun 2017 dan ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekspor komoditi. 

Permasalahan saat ini adalah pembelian produk karet lebih dominan dari pemilik pabrik bukan dari investor. Padahal bisnis dapat berkembang jika ada perusahaan luar membeli produk jadi.

"Kita bahkan ada pilot project untuk menekan harga karet bersama Dinas Perkebunan untuk pangsa ekspor. Namun saat ini produksi karet kita belum skala besar dan memang butuh bantuan perusahaan untuk sektor bisnis," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: