BACA JUGA:7 Wisata Religi di Kabupaten Ogan Ilir, Nomor 5 Jarang Diketahui
Tapi si Pahit Lidah menerima saja tantangan Mata Empat tersebut. Lalu dengan sistem undian yang telah mereka sepakati si Mata Empat mendapat giliran pertama. Sesuai namanya, si Mata Empat juga memiliki dua mata lain, yakni di belakang kepalanya.
Dengan secepat kilat si Pahit Lidah lalu memanjat pohon aren yang ada di tepi danau tersebut. Dengan tenangnya si Mata Empat menelungkup di bawah pohon.
Tentu saja si Mata Empat bisa melihat arah jatuhnya buah aren tersebut. mata di kepala mata empat bisa melihat ketika bunga aren jatuh meluncur ke ke arah Mata Empat.
Dengan mudahnya si Mata Empat bisa menghindar dari runtuhan buah aren tersebut. Dengan kesal si Pahit Lidah memotong buah aren yang lebih besar. Tapi si Mata Empat dapat menghindar lagi dari jatuhan buah aren tersebut.
BACA JUGA:10 Destinasi Wisata Andalan Kabupaten Musi Rawas, Wajib Dikunjungi Saat Liburan Akhir Tahun
Mata Empat dengan sombongnya mempersilahkan Si Lidah Pahit untuk melakukan sekali lagi. Dengan perasaan hampir putus asa, Pahit Lidah memotong buah aren yang lebh besar dari yang ketiga. Tapi dengan kemempuan yang dimilikinya, Mata Empat bisa menghindar untuk ketiga kalinya dari jatuhan buah aren tersebut.
Dengan perasaan kecewa Pahit Lidah turun dari pohon aren tersebut. Kini giliran si Pahit Lidah untuk manjat pohon aren. Dengan secepat kilat juga si Mata Empat memanjat dan si Pahit Lidah sudah menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon itu.
Mata empat pun dengan alat yang telah di siapkannya memotong buah aren tersebut. Si pahit lidah tak bisa mengetahui hal itu. Badannya tetap berada persis di bawah luncuran itu. Ia tak menghindar.
Pahit Lidah berteriak kesakitan sejadi-jadinya. Buah aren yang besar dan berat serta bambu runcing dari Bemban Aur Kuning tersebut mengenai tubuh si Pahit Lidah. Tubuhnya bersimbah darah dan ia tewas seketika secara mengenaskan.
Si Mata Empat senang, dan merasa puas. Ia bisa membuktikan pada semua orang, dirinyalah yang lebih sakti dari si Pahit Lidah.
Namun rasa ingin tahunya muncul, mengapa lawannya itu mendapat julukan si Pahit Lidah? Benarkah lidahnya memang pahit? Lalu karena penasaran, ia cucukkan jarinya ke dalam mulut si pahit lidah yang sudah mati itu. Setelah itu, dijilatnya jarinya sendiri yang sudah terkena liur di Pahit Lidah.
Ternyata, rasanya pahit sekali. Rasanya lebih pahit dari akar empedu. Rupanya itu racun yang mematikan. Si Mata Empat pun mengerang-erang kesakitan memegangi tenggorokannya. Tapi apa mau dikata. Racun tersebut telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan seketika itu juga tubuhnya membiru.
Maka si Mata Empat pun juga tewas di tempat yang sama. Akibat terlalu sombong dan angkuh. Merasa dirinya paling hebat di dunia ini, padahal masih ada yang lebih hebat sejagat raya ini yaitu Allah SWT.
BACA JUGA:Rekomendasi 7 Tempat Wisata di Bandung, Cocok Untuk Liburan Akhir Tahun