Pada waktu itu, banyak sekali masyarakat Padang pergi ke Selat Malaka untuk melakukan pelayaran.
Dengan melakukan pelayan yang memakan waktu yang lama dan sulit sekali mencari tempat persinggahan.
Akhirnya orang minang tersebut mencoba untuk memasak rendang.
Mengingat bahwa penyimpanannya tidak perlu menggunakan lemari pendingin, dan tahan lama.
Maka mereka menjadikan makanan tersebut menjadi lauk selama melakukan pelayaran di laut.
BACA JUGA:Simbol Kejayaan Masa Lalu, Inilah Jembatan Kereta Api Terpanjang di Indonesia, Tahu Lokasinya?
BACA JUGA:Ternyata Ini lho yang Bikin Tembok Cina Masih Kokoh Sampai Sekarang
2. Filosofi Rendang
Masyarakat yang bersuku minang merasa percaya bahwa rendang memiliki filosofis sendiri.
Menurutnya ada tiga makna yang terkandung selama proses pembuatannya sampai dengan bisa menikmatinya.
Diantaranya adalah kesabaran, kegigihan, dan kebijaksaan. Selama proses pembuatannya, haruslah membutuhkan kesabaran.
Sebab pembuatannya ini memerlukan waktu yang tidak sebentar, namun memerlukan waktu berjam-jam.
BACA JUGA:Filosofi dan Makna Di Balik Perkutut Katuranggan Noroyono, Cocok Dipelihara Seorang Pemimpin
BACA JUGA:Tak Hanya Percantik Rumah, Ini 8 Filosofi Warna Cat yang Bisa Pengaruhi Mood Penghuninya!
Selain itu, selama pembuatannya juga memerlukan kegigihan dalam hal mengaduk olahan daging dan santan didalam wajan.
Mengapa demikian? Memasak rendang haruslah dipantau secara terus menerus.