Hanya saja, untuk pengembangan budidaya sapi bagi anggota Aspekpir di Sumatra Selatan saat ini belum terhimpun dalam wadah organisasi yang kuat.
“Contohnya di wilayah kami di Muba, tidak kurang dari 1.500 ekor sapi dibudidayakan petani plasma melalui pola Siska,” jelasnya.
Dengan dukungan BPDPKS, pihaknya akan mengakselerasi populasi sapi dan peternak sapi dengan pola Siska bagi anggota Aspekpir di Sumatra Selatan.
BACA JUGA:MANTAP! PKS Serahkan B.1-KWK Cakada Sumsel, Ini Daftar Namanya
BACA JUGA:Festival Merdeka dari Hyundai, 7 Profesi Ini Dapat Penawaran Khusus, Berlaku di 8 Kota di Indonesia
“Nilai tambah bagi petani sawit sangat besar sehingga pola Siska dapat dikembangkan bagi petani plasma sawit anggota Aspekpir,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel, Ir Agus Darwa, M.Si mengatakan untuk mendukung budidaya sapi berbasis kelapa sawit secara masif, sangat penting mendapatkan dukungan BPDPKS.
Mengingat dana dari yang dihimpun BPDPKS sangat besar.
Menurut Agus, pengembangan budidaya sapi berbasis kelapa sawit dapat dimasukkan ke dalam bagian yang dapat dibantu oleh BPDPKS.
BACA JUGA:Begini Cara Mudah Mendapatkan TelkomselPoin dan IndiHome Poin, Bisa Ditukar dengan Ini
BACA JUGA:HORE! Gaji Ketua RW dan RT di Palembang Naik Mulai Januari 2025, Per Orang Terima Segini
Melalui bidang Sarpras, khususnya terhadap petani sawit yang melakukan replanting.
“Kalau ini dapat dimasukkan ke dalam Sarpras, dana Sarpras bisa dapat dioptimalkan penyerapannya,” katanya.
Rusman Heriawan, Ketua Dewan Pengawas Aspekpir Indonesia menjelaskan budidaya pola Siska hadir dan makin penting saat jumlah populasi sapi menurun dalam 10 tahun terakhir.
Dan pola Siska akan mendorong investasi perusahaan sawit dan pemerintah terutama dalam pengadaan sapi bakalan dan sapi indukan.
BACA JUGA:Cerita Pelaku UMKM ‘Gula Batok’ yang Sukses Tembus Modern Market, Kini Tersedia di Alfamart