Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa membangun hubungan keluarga di usia muda sering kali membuat pasangan tidak dapat berpikir secara rasional dan dewasa.
Selain itu, kondisi emosi anak-anak yang masih berubah-ubah membuat mereka mudah diliputi oleh perasaan ego, amarah, dan emosi.
Pada akhirnya, kekerasan lebih sering digunakan untuk menyelesaikan konflik daripada dialog dan diskusi.