TUBAN, PALPRES.COM- Pertamina EP Sukowati Field turun tangan untuk mengatasi gagal panen para petani di Tuban, Jawa Timur secara berulang ketika masuk musim panen
Akibatnya produktivitas pertanian mengalami penurunan dan mengancam ketahanan pangan masyarakat Tuban.
Dimana Pertamina EP Sukowati Field menerapkan sistem pertanian organik metode System of Rice Intensification (SRI), yang merupakan penerapan pertama kali di kabupaten Tuban.
Inovasi tersebut bahkan berhasil mendongkrak pendapatan petani gurem menjadi Rp10,2 juta per musim dan penghematan produksi pertanian Rp2,8 juta per hektar atau per musim.
BACA JUGA:Pertamina EP Sukowati Field Dukung Warga Bojonegoro Kembangkan Padi Organik, Ini Lokasinya
BACA JUGA:Pertamina EP Sukowati Field Sukses Menurunkan Emisi dan Naikkan Produksi
Manager Field Sukowati Arif Rahman Hakim mengatakan bahwa program Prabu Kresna berhasil menjawab masalah-masalah isu nasional saat ini seperti permasalahan krisis pupuk serta permasalahan ancaman ketahanan pangan.
Melalui pengelolaan pertanian organik dengan metode System of Rice Intensification.
Program ini tidak hanya berdampak secara ekonomi pada penghematan biaya produksi dan peningkatan hasil panen serta pendapatan petani.
Akan tetapi juga berdampak pada aspek sosial dan juga perbaikan kelestarian lingkungan, khususnya pada aspek perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem sawah.
BACA JUGA:Komitmen Dukung Program ESG, PEP Donggi Matindok Field dan PEP Sukowati Field Raih PSBE 2023
BACA JUGA:PEP Donggi Matindok Field Raih Penghargaan Bergengsi Internasional di ASEAN Energy Awards 2024
“Terlebih pada tahun ini, Program Prabu Kresna juga mulai mengembangkan aspek teknologi dengan adanya alat penyiang padi Cakra Baskara yang sangat membantu petani dalam menggarap pertanian organik SRI dengan efisiensi sebesar 70,96 persen dan menjawab permasalahan isu ketenagakerjaan tani yang sulit.
Serta secara bertahap Program Prabu Kresna juga mengembangkan jangkauan menyasar pertanian organik hortikultura yang sekaligus membawa misi menumbuhkan generasi muda di sektor pertanian,” ujar Arif.
Penerapan pertanian organik yang menghilangkan intervensi herbisida kimia pada proses pertanian, menyebabkan gulma pada lahan pertanian cenderung lebih banyak dan membuat kebutuhan tenaga serta waktu penyiangan padi semakin tinggi mencapai 62 OH (Orang Hari)/Ha/musim.