Kolaborasi Polres dan Perkim Lubuk Linggau Bedah Rumah Tidak Layak Huni
Kolaborasi Polres dan Perkim Lubuk Linggau Bedah Rumah Tidak Layak Huni--
Semua bangunan gedung perkantoran yang pernah digunakan Belanda diambil alih Jepang, dan City Square (alun-alun kota) menjadi pusat kegiatan latihan-latihan militer Jepang untuk pemuda-pemuda dari Lubuklinggau
4. Lapangan Merdeka sebagai Tempat Pembentukan TNI
Memasuki masa revolusi fisik kemerdekaan, status Lubuklinggau sangat penting karena menjadi pusat kedudukan militer Divisi VIII/Garuda untuk wilayah Sumatera bagian Selatan yang mencakup Palembang, Bengkulu, Djambi dan Lampung.
Setelah pemerintahan RI menyatakan untuk menyatukan seluruh unsur militer antara lain Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan Laskar Rakyat sehingga hanya ada satu kesatuan saja yakni Tentara Nasional Indonesia.
Alhasil, seluruh unsur TRI dan Laskar Rakyat dalam Divisi VIII/Garuda di Sumatera Selatan menjadi Tentara Nasional Indonesia, diantaranya: (1). Laskar Napindo, Pesindo, dan KRIS dengan unsur TRI menjadi Batalyon 36 dikomandani oleh Kapten Abi Hasan Said pada Oktober 1947;
(2). Laskar Hizbullah dengan unsur TRI dilebur menjadi Batalyon 38 dikomandani oleh Kapten A. Baidjuri pada November 1947. Semua kegiatan penyatuan TRI dan Laskar menjadi TNI ini dilakukan di Lapangan Merdeka, Kolonel Maludin Simbolon selaku Panglima Divisi VIII/Garuda yang melantik mereka.
5. Lapangan Merdeka sebagai Tempat Reuni Veteran Pejuang Kemerdekaan
Setelah melalui berbagai peristiwa di masa perjuangan revolusi fisik kemerdekaan dari tahun 1945 – 1949, maka para pejuang-pejuang yang pernah tergabung dalam kesatuan militer SUBKOSS (Sub Komandemen Sumatera Selatan) melaksanakan kegiatan reuni dan napak tilas perjuangan daerah Sumatera Selatan di Lubuklinggau dari tanggal 14 – 15 Januari 1988.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
