Banner Honda PCX

Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina Bekali Anak Keterampilan Keselamatan Sejak Dini

Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina Bekali Anak Keterampilan Keselamatan Sejak Dini

kegiatan ini juga berupaya untuk mengubah pandangan bahwa anak-anak tidak mampu berperan dalam keadaan darurat.-Istimewa-

Selain itu, kegiatan ini juga berupaya untuk mengubah pandangan bahwa anak-anak tidak mampu berperan dalam keadaan darurat.

BACA JUGA:Gelar IIA 2023, Ini Tujuan Regional Jawa Subholding Upstream Pertamina

BACA JUGA:Prabumulih Field Sumbang Pendapatan Bernilai Fantastis untuk Pertamina, Segini Besarannya?

Sr Analyst OHIH Regional Jawa, dr Niken Dyah Pawestri PS, menyoroti tingginya tingkat keterlambatan dalam menangani kasus gawat darurat di rumah, yang sering berujung pada kematian. 

Terinspirasi dari negara-negara yang telah memberdayakan anak-anak melalui edukasi, dr Niken dan tim HSSE berupaya memaksimalkan golden time dengan melibatkan anak-anak sebagai responder pertama di rumah, ketika orang dewasa tidak ada. 

"Kami berharap dapat mengedukasi lebih banyak anak-anak bangsa, sehingga kondisi kegawatdaruratan di rumah bisa lebih cepat tertangani," kata dr Niken.

Edukasi dikemas dalam bentuk materi interaktif dan menarik yang disajikan di stan-stan pameran. 

BACA JUGA:Pertamina Enduro Menangkan Laga Melawan Electric PLN 3-0, Kedua Tim Lolos Final Four

BACA JUGA:Awal Tahun 2025 Lampaui Target Produksi, Pertamina Hulu Sanga Sanga Gelar Berbagi

Salah satunya adalah Self-care stan yang menampilkan informasi pentingnya menjaga kesehatan tubuh melalui pola makan sehat dan bergizi, serta kebersihan diri. 

Edukasi cara menyikat gigi yang benar untuk mencegah gigi berlubang ditampilkan di stan Tooth Fairy. 

Sementara stan Family to Rescue memberikan pembekalan kepada anak-anak dengan keterampilan merespons keadaan darurat.

Dengan studi kasus interaktif, anak-anak juga belajar teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan langkah-langkah penangan orang yang tidak sadarkan diri. 

“Anak-anak juga diajarkan cara mengamati keadaan darurat dan menghubungi layanan gawat darurat seperti 119 atau 112 dalam situasi kritis”, lanjut dr Niken.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: