Honda

Kain Arca Buddha, Cikal Bakal Songket Palembang

Kain Arca Buddha, Cikal Bakal Songket Palembang

PALEMBANG, PALPRES.COM - Motif songket Palembang diyakini sudah ada pada abad ke-8 atau sekitar tahun 700an masehi. Hal ini dilihat dari beberapa arca buddha di Candi Bumi Ayu yang menggunakan kain bermotif songket.

Penemuan ini merupakan hasil penelitian dari peneliti Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Sondang M Siregar, SS, MM. Hal itu diungkapnya saat menjadi narasumber dalam kajian Ragam Hias Arca Sriwijaya di Museum Sriwijaya, Rabu (06/07/2022).

Sondang menjelaskan, penelitian terhadap Arca Buddha di Candi Bumi Ayu sudah dilakukan sejak tahun 2000-an. Dari beberapa arca yang dianalisa, kain Arca Dewa Shiwa bersama arca tokoh satu dan tokoh dua, memiliki hiasan geonetris bermotif songket.

"Saya asumsikan bahwa hiasan kain dari tiga arca itu merupakan cikal bakal songket saat ini. Hasil penelitian ini sudah saya publikasikan di jurnal ilmiah pada tahun 2016," kata Sondang kepada palpres.com.

BACA JUGA:Orderan Mulai Banyak, Alat Tenun Songket Ditambah

Selain kain bermotif songket, arca juga mengenakan baju rompi yang biasanya digunakan hiasan pakaian adat pria saat melakukan resepsi pernikahan di Palembang.

"Dengan kata lain, kain motif songket ini sudah ada sejak masa Sriwijaya. Pemakaian kain ini khusus untuk tokoh dan dewa," tegasnya.

Hanya saja, pihaknya belum mengetahui warna yang digunakan pada kain tradisional tersebut. Sebab, arca pada umumnya tidak memiliki warna sehingga analisa yang digunakan dilihat dari motif pahatnya.

"Arca tidak memiliki warna sehingga kita melihat motifnya," ucapnya.

BACA JUGA:Candi Bumi Ayu Kembali Dipromosikan di Festival Sriwijaya

Narasumber lain, Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Sriwijaya, Dr. Hudaidah, SPd, MPd menjelaskan, ada empat konten kajian yang diteliti yakni Arca Tokoh, Arca Agatsya, Arca Dewi Bhairawi dan Arca Ghana.

Hasilnya, Arca Tokoh merupakan perwujudan tokoh manusia yang dimungkinkan seorang pejabat atau raja yang terlibat dalam pendirian candi tersebut. Begitu juga Ara Agatsya yang merupakan refleksi dari seorang resi India Selatan. Di dalam sejarah, Agatsya seorang penyebar agama Hindu.

"Berbeda dengan Arca Dewi Bhairawi dan Ghana, Arca Dewi Bhairawi merupakan perwujudan dewa siwa yang menyeramkan berhias kepala tengkorak yang diperkirakan berasal dari abad ke 7 masehi. Sementara Arca Ghana menurut mitologi Hindu merupakan sosok setengah dewa yang digambarkan gemuk dan kerdil. Fungsinya sebagai pelindung atau penolak balak terhadap musuh yang ingin menghancurkan bangunan candi," jelasnya.

Sementara itu, Kepala UPTD Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya (TWKS), Nur Yasin melalui Pejabat Pengadaan Kegiatan Teknis (PPTK) Dana Alokasi Khusus (DAK) Museum Sriwijaya, Khairul Syahri Penjalang mengatakan, kajian ini membahas ragam hias arca buddha dan hindu yang berhubungan dengan Sriwijaya Abad ke 7-12 M.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: