Honda

Melirik Geliat Perajin Batik Durian di Lubuklinggau, Sebulan Produksi 350 Lembar Perbulan

Melirik Geliat Perajin Batik Durian di Lubuklinggau, Sebulan Produksi 350 Lembar Perbulan

LUBUKLINGGAU, PALPRES.COM - Pemerintah Kota Lubuklinggau melalui Dekranasda terus mendorong perajin Batik Durian untuk memproduksi serta berinovasi pada kerajinan membuat Batik Durian. Dari tiga sentra batik yang ada bisa memproduksi hingga 350 lembar perbulan.

Informasi yang dihimpun palpres.com, tiga sentra pembuatan batik durian memiliki 51 anggota. Jumlah itu belum ditambah pengrajin batik durian yang belum tergabung dalam sentra pembuatan batik tersebut.

Beberapa tahun terakhir, kegiatan memproduksi Batik Durian yang menjadi primadona tersendiri bagi pelaku usaha kecil menengah. Selain pengrajin diberikan pelatihan dan pemantauan rutin membatik dari tim Dekranasda, mereka juga tidak kesulitan dalam proses penjualan hasil produksi Batik Duriannya.

"Sampai sekarang ada 3 sentra Batik Durian di Kota Lubuklinggau, yaitu di Marga Rahayu, Rahma dan Cereme Taba. Anggotanya sekitar 51 orang, dan itu belum ditambah pembatik yang belum tergabung dalam sentra batik," ujar Ketua Tim PKK Kota Lubuklinggau sekaligus Ketua Dekranasda, Hj Rina Prana.

BACA JUGA:Pelatihan Membatik, Tingkatkan Kreatifitas dan Bantu Perekonomian Keluarga

Dia mengakui, peminat Batik Durian cukup tinggi, mereka tidak hanya berasal dari wilayah Kota Lubuklinggau dan sekitarnya, tapi dari luar Provinsi Sumsel. Terlebih keikutsertaan Batik Durian pada Milan Fashion Week beberapa waktu lalu, sangat berdampak positif dan effektif pada produksi dan penjualan Batik Durian.

"Jadi Batik Durian tidak sekadar dikenal di skala lokal atau nasional, tapi syukur Alhamdulillah sudah sampai internasional," ungkapnya.

Rina menuturkan, rata-rata produksi Batik Durian dari sentra pengrajin sekitar 300 sampai 350 lembar perbulan. Namun jika akhir tahun bisa mencapai 500 lembar perbulan.

"Fasilitas penunjang di sentra batik sedang diperbaiki, supaya produksinya lebih cepat. Kalau pangsa pasar tidak sulit, karena belum selesai dibuat, biasanya sudah ada yang punya. Bukan hanya dibeli untuk oleh-oleh, sovenir tapi galeri batik di luar kota, bahkan diluat negeri sudah pesan," bebernya.

BACA JUGA:Kembangkan Kain Batik Ecoprint di Desa-Desa

Wanita energik ini menyampaikan, perlembar Batik Durian di kelompok binaan rata-rata dijual Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, dengan ukuran 2 meter sampai 3 meter. Namun kedepan ukurannya bakal dibuat seragam sekitar 2,5 meter, kecuali pesanan.

"Kalau yang spesial bisa Rp 400 ribu, apalagi batik tulis dengan kualitas yang baik harganya lebih tinggi lagi,"katanya.

Selain itu, seluruh pengrajin Batik Durian dapat memajang hasil produksinya di galeri Dekranasda, tapi harus memenuhi standar kualitas yang sudah ditetapkan.

"Ada standar yang harus dipenuhi, karena kalau sudaj masuk disitu merupakan represetasi hasil pengrajin Batik Durian Lubuklinggau. Setidaknya rapi, jadi pembeli tidak merasa kecewa," tukasnya.

BACA JUGA:Rina Prana Tegaskan Tidak Maju di Pilkada

Sementara itu, Ketua Batik Durian Cereme, RT 03, Kelurahan Cereme Taba mengungkapkan, dia dan anggotanya sudah menekuni profesi pengrajin Batik Durian sejak tahun 2018.

"Jumlah anggota kami sudah 20 orang, berasal dari lingkungan sekitar sini. Setiap hari minimal dapat memproduksi 5 batik tergantung motif dan warnanya. Soal pemasarannya tidak susah, karena sebagian besar pesanan," ungkapnya.

Sejauh ini, dia mengaku tidak ada kendala berarti dalam pembuatan Batik Durian, hanya saja perlu belajar lagi dalam bidang pewarnaan.

"Kadang warna yang diinginkan berbeda dengan hasilnya. Namun kami selalu dapat bimbingan dan pelatihan dari Dekranasda," katanya.

BACA JUGA:Durian Low

Senada dikatakan Atik, perajin Batik Durian lainnya mengaku mulai mengikuti pelatihan membuat batik di Kelompok Batik Durian Cereme sejak tahun 2019.

"Saya dan teman-teman mau terus belajar membatik sampai benar-benar bisa. Peluang ekonominya sangat lumayan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: