Songket Palembang, Pengait Budaya Generasi
Songket Palembang, Pengait Budaya Generasi--
Ditulis oleh: Nur Pratiwi Alliin Hanif
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya. Keragaman lahir dari berbagai budaya lokal yang terus tumbuh dan berkembang di masyarakatnya.
Salah satu bentuk keragaman yang menjadi warisan budaya masyarakat Indonesia adalah kain tradisional. Tak hanya pesonanya, kain-kain tradisional yang dimiliki oleh masing-masing daerah itu sarat akan filosofinya.
Dari berbagai kain tradisional itu, satu diantaranya adalah kain songket yang berasal dari Palembang. Warisan kain songket yang digunakan dalam acara tertentu ini, menjadi pengait budaya yang erat antar generasi masyarakat.
Kata songket berasal dari istilah “sungkit” dalam bahasa Melayu, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya yaitu dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, kemudian menyelipkan benang emas.
BACA JUGA:Kain Arca Buddha, Cikal Bakal Songket Palembang
Menurut cerita lisan yang berkembang di masyarakat Palembang, awal mula kain songket berasal dari pedagang Cina yang membawa sutra, pedagang India dan Timur Tengah yang membawa emas sehingga terciptalah kain songket yang berlapis emas di tangan penduduk asli Palembang.
Namun mulai kapan songket eksis di Palembang, masih perlu penelitian yang lebih mendalam lagi. Karena sampai saat ini belum ada kata sepakat kapan songket Palembang mulai muncul. Ada banyak perbedaan pendapat di antara pakar/ ahli songket Palembang.
Dikutip pada laman informasi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya bahwa pada dasarnya ada dua pendapat mengenai proses kedatangan songket di Palembang. Pendapat pertama, kerajinan songket telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Pada waktu itu kerajinan songket merupakan suatu usaha sambilan bagi penduduk asli Palembang. Penenunan songket Palembang berkembang seiring dengan majunya perdagangan internasional yang berpusat di Kerajaan Sriwijaya.
Pendapat kedua, dikatakan bahwa songket telah ada pada masa Kesultanan Palembang Darussalam (1659-1823). Berdasarkan catatan sejarah yang berhak memakai songket saat itu adalah Raja atau Sultan, istirinya dan kerabat keraton sebagai pelengkap pakaian kebesaran.
BACA JUGA:Orderan Mulai Banyak, Alat Tenun Songket Ditambah
Songket dahulu hanya dipakai oleh golongan bangsawan. Makin halus tenunan, makin rumit coraknya dan makin berat songketnya (menandakan bahwa songket tersebut dibuat dari benang emas asli) berarti makin tinggi pangkat dan kedudukan orang yang mengenakannya.
Menurut Noval, pemilik Toko Songket Ilham Bahari, dirinya mengatakan bahwa, “Motif songket Palembang memiliki banyak sekali motif. Namun, di toko ini kami hanya menjual songket motif Lepus, Limar, dan Bunga Cina”.
Filosofi Songket Lepus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: