Mengkhawatirkan! Ada Kasus Cacar Monyet Tanpa Gejala
Ilustrasi cacar monyet--
JAKARTA, PALPRES.COM – Gejala umum penyakit cacar monyet ditandai dengan ruam atau bintil-bintil pada tubuh, yang disertai demam. Namun waspadalah, sejumlah negara menemukan kasus cacar monyet tanpa gejala.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan gejala yang paling umum untuk infeksi monkeypox termasuk demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit punggung, mialgia, lemas dan ruam. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu.
BACA JUGA:Waspadai Cacar Monyet, Bisa Sebabkan Kematian
Sejumlah pasien yang terinfeksi monkeypox juga mengeluhkan gejala seperti nyeri rektum dan edema penis (pembengkakan penis yang tidak nyeri dan tidak nyeri).
British Medical Journal bulan lalu menunjukkan meskipun virus telah dikenal sejak tahun 1958 (kasus pertama pada manusia muncul ke permukaan pada tahun 1970), beberapa pengamatan menunjukkan gejala baru yakni nyeri dubur dan penis.
Kasus Tanpa Gejala
Sejumlah penelitian yang ditemukan dalam medRxiv melaporkan bahwa seseorang bisa tertular monkeypox tanpa gejala. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa 3 pria dinyatakan positif cacar monyet tanpa menunjukkan gejala apa pun.
“Ketiga pria itu menyangkal memiliki gejala pada minggu-minggu sebelum dan sesudah sampel diambil. Tak satu pun dari mereka melaporkan paparan kasus monkeypox yang didiagnosis, juga tidak ada kontak mereka yang mengembangkan gejala klinis monkeypox,” kata penelitian tersebut.
Konsultan Penyakit Menular, Rumah Sakit Yashoda Hyderabad, India, dr Monalisa Sahu, mengatakan kepada Times of India, pasien-pasien ini dapat memiliki presentasi atipikal karena tidak ada ruam dan tidak ada gejala prodromal. Pasien-pasien ini mengalami tanpa gejala selama masa inkubasi yaitu 5–21 hari.
BACA JUGA:WHO Nyatakan Cacar Monyet Jadi Darurat Kesehatan Global
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan adanya temuan penelitian ini mengkhawatirkan. Pasalnya, ternyata tak hanya orang dengan gejala saja yang perlu diisolasi atau menjalani pemeriksaan, ternyata orang tanpa gejala juga ada di masyarakat.
“Adanya temuan ini sangat mengkhawatirkan ya. Tak ada gejala ini berarti kita enggak hanya mengisolasi kasus kontak erat dan bergejala saja. Akan ada di masyarakat yang merasa tak sakit dan tak bergejala. Apalagi di dalam kelompok gay yang cenderung tertutup karena adanya stigma,” katanya kepada JawaPos.com, Senin (8/8/2022).
Dengan tertutupnya kelompok ini dan adanya temuan tak bergejala, maka potensi menulari dari orang ke orang semakin besar. Dicky mengungkapkan kemungkinan menular di komunitas semakin besar. ’’Pada gilirannya ini dapat menyebar ke komunitas. Ini akan semakin sulit. Penyakit ini walau tak lewat udara tapi kontak erat bisa sangat tinggi interaksinya. Bisa meningkat tajam dalam beberapa waktu ke depan,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: