Citraland
Honda

SMB IV Sebut Jasa Besar KH Abdul Malik Tadjudin dalam Kembangkan Islam di Palembang

 SMB IV Sebut Jasa Besar KH Abdul Malik Tadjudin dalam Kembangkan Islam di Palembang

Suasana Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn saat menyerahkan buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja pada salah satu tamu di Haul ke -Dudy Oskandar-palpres.com

BACA JUGA:SMB IV Dukung Kajian Lanjutan Abdul Somad Al-Palimbani dan Muhammad Arsyad Al-Banjari

 Dailami mengisahkan bagaimana sosok KH Abdul Malik Tadjudin ini  begitu cinta dengan Islam, dimana saat NU pertama kali didirikan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari di tahun 1926,  KH Abdul Malik Tadjuddin baru berusia delapan tahun. 

“Di saat itu masa beliau nyantri dengan ulama terkemuka di Palembang, di usia 12 tahun beliau sudah berdakwah makanya dijuluki dengan sebutan Kyai Kecik atau kecil,"  kata Dailami yang juga penulis buku Sejarah Singkat KH Abdul Malik Tadjuddin "Ulama Pejuang dan Sang Pendidik yang Bersahaja" ini.

Menurutnya, kesederhanaan dan sikap legowo yang patut untuk ditauladani dari sosok ayahandanya itu. 

"Yang beliau senantiasa pegang teguh dalam berdakwah dia akan maju ke depan apabila diinginkan, dan ada di belakang jika situasi telah membaik. Dan dalam berdakwah berpegang teguh pada ajaran ahlussunah wal jamaah prinsip ajaran Nahdatul Ulama," kata Dailami yang kini juga mengelola SMP dan SMA NU Palembang, peninggalan almarhum KH Malik Tadjuddin yang ada di Jalan  Ahmad Yani Kelurahan 9/10 Ulu Kecamatan SU-1 ini. 

BACA JUGA: SMB IV Apresiasi Festival Sriwijaya XXX Tahun 2022

Tak heran, jika di tahun 1947-1949 saat kedatangan kembali tentara KNIL (Belanda) yang membonceng NICA yang bermaksud untuk kembali menjajah Indonesia, jiwa KH Abdul Malik Tadjudin terusik. 

Meneruskan semangat jihad yang dikobarkan oleh Hadratus Syech Hasyim Asy'ari. saat itulah KH Abdul Malik Tadjudin ikut berjuang melalui jalur dakwah. 

Tentara KNIL yang melihat situasi tersebut lalu menahan KH Abdul Malik Tadjudin beberapa saat lamanya. 

 Anak didiknya pun tersebar merata di seantero nusantara. 

BACA JUGA:SMB IV Hidupkan Tradisi Sanjo-sanjoan

Bahkan, diantara mereka tersebut nama Prof Dr Jimly Asshidiqie yang merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Dr KH Amiruddin Nahrawi,M.PdI (Ketua PBNU), Prof Dr Hj Fatimah,SE,M.Si serta dua ulama kondang Palembang yang sudah terlebih dulu berpulang menghadap sang khalik yakni KH Kgs Ahmad Nawawi Dentjik dan KH Taufik Hasnuri. 

KH Abdul Malik Tadjudin wafat pada 10 Agustus 2000 pada usia 82 tahun, dan dimakamkan di pemakaman keluarga Ungkonan H Nang Lenggok Kelurahan 3-4 Ulu. 

Acara dimulai dengan pembacaan surat yaasin bersama dipimpin Ustadz KH Syafe'i Yunus dilanjutkan dengan pembacaan manaqib (sejarah) singkat almarhum oleh Ustadz KHM Nurdin Mansyur. Dilanjutkan tausiyah oleh Ustadz KHA Majid Dahlan. 

Hadir dalam hail KH Abdul Malik Tadjudin selain Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn, yakni budayawan Sumsel Vebri Al Lintani, Perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Isnayanti, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel, Mal An Abdullah , Staf Ahli Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik DR H Rosidin Hasan, MPDi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: palpres.com