Honda

Mengenal Tradisi Lisan Senjang, Seni Menyampaikan Nasehat Khas Kabupaten Musi Banyuasin

Mengenal Tradisi Lisan Senjang, Seni Menyampaikan Nasehat Khas Kabupaten Musi Banyuasin

Tradisi lisan senjang merupakan kesenian khas Kabupaten Musi Banyuasin berupa nasehat--giwang.sumselprov.go.id

MUBA, PALPRES.COM - Sebagaimana daerah lain di Nusantara ini, Kabupaten Musi Banyuasin juga memiliki budaya yang khas yang membedakan dari daerah lainnya. Salah satu diantaranya budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah sastra lisannya senjang berupa nasehat.

Kesenian yang diwariskan secara turun menurun ini salah satu bentuk media seni budaya yang menghubungkan antara orang tua dengan generasi muda berupa nasehat, kritik maupun ungkapan rasa bahagia.

Senjang juga biasanya digunakan oleh masyarakat Bumi Serasan Sekate sebagai penyampaian aspirasi antara masyarakat dengan pemerintah.

Kesenian Senjang bermula disalah satu kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Musi Banyuasin yaitu Kecamatan Sungai Keruh.

BACA JUGA:Mengenal Lagu Daerah Musi Banyuasin ‘Serasan Sekate’

Di kecamatan ini lah pertama kali kesenian senjang dipopulerkan, kemudian mulai dikembangkan ke Kecamatan Babat Toman antara lain Desa Mangun Jaya lalu ke Kecamatan Sanga Desa antara lain Desa Ngunang, Nganti, Sanga Desa dan terus ke Kecamatan Sekayu.

Oleh sebab itulah, irama Senjang dari tiap-tiap Kecamatan tersebut tidak sama.

Senjang biasanya dilaksanakan atau dipertunjukkan sebagai hiburan pada acara-acara keluarga seperti acara adat perkawinanan, peresmian rumah baru dan syukuran.

Disamping menghibur masayarakat, dalam adat perkawinan kesenian senjang ditampilkan sebagai penyampaian nasehat kepada kedua mempelai untuk menjadikan keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah.

BACA JUGA:Catat! 7 Wisata Andalan Musi Banyuasin Cocok untuk Liburan Akhir Tahun

Dalam penampilannya, pesenjang biasanya menyanyi sambil menari. Ia dapat membawakan senjang itu sendirian tetapi tidak jarang pula pesenjang tampil berdua.

Walaupun irama senjang ini pada umumnya monoton, tetapi juga mengajak audiens terlibat sekaligus terhibur.

Dinamakan Senjang sebab antara lagu dan musik tidak saling bertemu, artinya kalau syair berlagu musik berhenti kalau musik berbunyi orang yang ber-Senjang hanya menari saja sehingga keduanya tidak pernah bertemu. Itulah mengapa disebut Senjang.

Bila ditinjau dari bentuknya, Senjang tidak lain dari bentuk puisi yang berbentuk pantun. Oleh sebab itu, jumlah Liriknya dalam satu bait selalu lebih dari empat baris.

BACA JUGA:Wajib Dikunjungi, Ini 5 Tempat Wisata Murah di Sekayu Paling Hits dan Instagramable

Satu keistimewaan dari kesenian senjang ini adalah penyajiannya yang kompleks sehingga menarik. Dikatakan kompleks karena penyajianya selalu dinyanyikan dan diiringi dengan musik.

Selain itu, tradisi lisan ini juga memiliki kebermanfaatnnya dalam kehidupan sehari-hari yang masih dirasakan oleh masyarakat Musi Banyuasin, makanya hingga kini kesenian ini masih dilestarikan walaupun sudah tidak terlalu banyak.

Senjang biasanya terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama merupakan bagian pembuka. Bagian kedua merupakan isi senjang yang akan disampaikan.

Bagian ketiga merupakan bagian penutup yang biasanya berisi permohonan maaf dan pamit dari pesenjang.

BACA JUGA:Bikin Ngiler, 5 Makanan Khas Musi Banyuasin Ini Wajib Dicoba

Makna dan nilai yang terkandung pada Senjang antara lain berisi nasehat, ajaran moral, kritik, yang bersifat edukatif dan sangat berguna dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, serta sebagai alat kontrol sosial dan politik.

Nasehat tersebut berfungsi menyadarkan dan mengontrol orang-orang yang mendengar Senjang agar tidak melakukan hal-hal di luar norma-norma masyarakat.

Namun sayangnya, penampilan senjang tampaknya mengalami perkembangan.

Pada zaman dahulu, penutur senjang biasanya menciptakan senjangnnya secara spontan, sehingga tema yang akan disampaikan disesuaikan dengan suasana yang dihadapinya.

BACA JUGA:Masih Ada Waktu! Begini Cara Mencairkan Bantuan Saldo DANA Gratis Rp700 Ribu dari Pemerintah

Akan tetapi, sekarang kepandaian senjang serupa itu sudah sangat langkah. Pesenjang biasanya menyiapkan senjangnya jauh hari sebelumnya.

Bahkan sering terjadi pesenjang menuturkan senjangnya dengan melihat teks yang telah dipersiapkan.

Pada zaman dahulu juga, musik pengiring senjang adalah musik tanjidor. Seiring dengan perkembangan permusikan dewasa ini tanjidor sudah nyaris langkah digunakan tetapi penggantinya adalah musik melayu atau organ tunggal.

Kesenian senjang juga banyak terdapat didaerah lainnya di bagian hulu sungai musi,diatarnya kab. Musi Rawas,Daerah Rupit, Rawas, Muara Beliti, Kota Lubuklinggau, Tebingtinggi, Lintang Empat Lawang, Muara Saling,propinsi Bengkulu daerah Sindang Kelingi, Kota Padang, Lubuk belimbing, Kepala Curup, Kec. Lembak Kota Bengkulu.

BACA JUGA:Tautkan E-Wallet DANA ke Kartu Prakerja, Dijamin Langsung Cair Rp700 Ribu dari Pemerintah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kemdikbud.go.id