Honda

Mengenal Asal Usul Suku Semende, Salah Satu Suku Bangsa di Sumatera Selatan

Mengenal Asal Usul Suku Semende, Salah Satu Suku Bangsa di Sumatera Selatan

Mengenal Asal Usul Suku Semende Salah Satu Suku Bangsa di Sumatera Selatan--FB/Pesona Sriwijaya

Namun demikian, ketaatan jeme semende beragama Islam dan menjalankan syariatnya telah dimulai sejak masih anak-anak, muda dan tua telah membuktikan adanya pengaruh ajaran islam yang mendalam kepada jeme semende.

Tata cara ibadah mereka pun banyak yang mendalami kekuatan spritual yang diajarkan oleh syekh bermadzhab tharekat. Bukti kuatnya bahawa Puyang Awak (Nurgadin) belajar agama ke aceh dengan Syekh Abdur Rauf Aa-Sinkily dari aceh sinkil, yang merupakan guru tarekat Satariyah.

Demikian juga di era berdirinya organisasi keislaman, orang-orang semende sangat cocok dan nyaman dengan tatacara ibadah yang diajarkan oleh syekh Hasyim Asy'ari (Nahdhatul Ulama).

Hal ini terbukti dengan adanya kegiatan tahlilal, barzanji, takdutan (kajian fiqih dengan bahasa semende), dzikir bersama, tasyakuran, doa tolak balak, dan lainnya.

BACA JUGA:7 Tempat Wisata Budaya Populer di Palembang

Jeme Semende dalam pergaulannya memakai adat tunggu tubang yang berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist, diantaranya: mencintai, menghargai dan membela perempuan (Tunggu Tubang) yang dipimpin oleh Meraje.

Hal tersebut sesuai dengan salah satu perintah ajaran Islam yang menghormati dan mengangkat harkat martabat wanitan dan tidak boleh membiarkan nasibnya terlunta-lunta.

Pada masa pemerintahan Pangeran Anom Kupang, Belanda bermaksud untuk menduduki daerah Semende, akan tetapi Belanda tidak dapat masuk, karena rakyat Semende sangat melawan. Landasan agama Islam yang kuat menjadi pondasi mereka dalam mempertahankan wilayahnya. Mereka tidak mau diganggu oleh siapapun apalagi dijajah oleh Belanda.

Belanda sangat licik, maka pada 14 Agustus 1869 dibuat perjanjian antara Pemerintah Belanda dengan Pangeran Anom Kupang berupa piagam yang ditulis di atas Tembaga yang berisikan 24 pasal dan disimpan di Museum Rumah Bari Palembang.

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Lisan Serambe Banyuasin, Tercatat Sebagai Warisan Budaya Takbenda

Diantara isinya dinyatakan bahwa:

1. Daerah Semende yang dipimpin Pangeran Anom Kupang tidak takluk kepada Pemerintah Belanda.

2. Daerah Semende diakui Belanda sebagai Daerah Istimewa (SINDANG MERDEKA).

3. Tidak diwajibkan membayar upeti (pajak) kepada Belanda.

BACA JUGA:Bukan Hanya Bahasa Palembang, Yuk Mengenal Keberagaman Bahasa Daerah di Sumatera Selatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: