Honda

Mengenal Orang Rimba di Muratara, Hidupnya Berpindah-pindah, Ternyata Tak Suka Disebut Suku Kubu

Mengenal Orang Rimba di Muratara, Hidupnya Berpindah-pindah, Ternyata Tak Suka Disebut Suku Kubu

Ilustrasi Sekelompok Orang Rimba atau juga dikenal sebagai Suku Anak Dalam-perpustakaan.menlhk.go.id/-

BACA JUGA:5 Daerah Paling Sejahtera di Jawa Barat, Gak Nyangka Bukan Bogor dan Bekasi Juaranya, Tetapi Kota Ini

Mereka melakukan berburu dan meramu yang nantinya hasilnya akan digunakan untuk makan dan kebutuhan sehari-hari. 

Banyak sekali senjata yang digunakan seperti parang, kampak, pisau dan lainnya. 

Banyak yang dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya, Anak Dalam Batin Sembilan yang tinggal menetap di daerah Sumatra Selatan, terutama daerah Rawas Rupit dan Musi Lakitan.

Dalam kehidupan mereka yang berpindah-pindah, mereka menemukan cara untuk bertahan dengan mencari makanan dan penghidupan.

BACA JUGA:Status Berubah SP2D! Bansos BPNT Sembako Juli - Agustus Rp400.000 Cair Ditanggal Ini

Pencaharian sehari-hari SAD terfokus pada memunguti biji kelapa sawit yang jatuh dari tandan-tandan kelapa sawit. 

Meskipun tidak mencuri buah dari pohon, mereka memanfaatkan biji yang jatuh di bawah pohon untuk dijual, sehingga mendapatkan pendapatan yang digunakan untuk membeli bahan makanan. 

Selain memanfaatkan biji kelapa sawit, mereka juga berburu babi hutan dan hewan-hewan lainnya sebagai tambahan penghasilan dan sebagai sumber makanan.

Meskipun hidup di tengah perkebunan kelapa sawit, kondisi tempat tinggal mereka sangat sederhana. 

BACA JUGA:GERCEP! Klaim Saldo DANA Gratis Rp300.000 dari Aplikasi Penghasil Uang, Terbukti Langsung Cair

Mereka tinggal di gubuk-gubuk yang terbuat dari tarpal, hanya beralaskan tanah dengan atap dan dinding seadanya. 

Meskipun mereka terbiasa dengan cuaca dan kondisi lingkungan yang sulit, pola hidup tidak sehat dan keadaan lingkungan yang kotor membuat mereka rentan terhadap berbagai penyakit.

Namun SAD tidak sakit, karena alasan mereka sudah menyatu dengan alam.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh SAD adalah akses terhadap pendidikan. 

BACA JUGA:Cara Upgrade GoPay ke GoPay Plus, Ada Jaminan Saldo Hilang Dikembalikan

Namun, upaya dari pemerintah kabupaten Muratara telah menghasilkan bantuan pendidikan gratis bagi anak-anak SAD yang sudah menginjak usia sekolah. 

Meskipun demikian, banyak dari anak-anak SAD masih harus ikut orang tua mereka dalam mencari penghidupan di perkebunan kelapa sawit, sehingga membatasi kesempatan mereka untuk bersekolah.

Dalam perkembangan terkini, 16 anggota SAD di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) menerima kebun plasma. 

SAD menerima sertifikat sebagai komitmen mendukung program Presiden dengan menggratiskan BPHTB, untuk program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dan juga retribusi untuk hak milik perorangan.

BACA JUGA:Cuma Bawa e-KTP, Warga Bisa Ambil BLT Rp3.600.000 Mulai Akhir Agustus, Begini Caranya

Kebun plasma ini disediakan oleh PT Londom Sumatera (PT Lonsum), sebagai tanggapan atas putusan Komisi IV DPR RI mengenai penyelenggaraan lahan plasma untuk SAD. 

Meskipun jumlah lahan plasma yang disediakan belum memenuhi seluruh permintaan, langkah ini diharapkan dapat membantu meringankan beban hidup SAD dan memberikan peluang lebih baik bagi mereka di masa depan. *

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: