Filosofi Bubur Merah Putih yang Sarat Makna dalam Tradisi Jawa, Wajib Tersaji di 3 Fase Kehidupan Manusia
Filosofi Bubur Merah Putih yang Sarat Makna dalam Tradisi Adat Jawa, Wajib Tersaji di 3 Fase Kehidupan Manusia--Instagram/ @wonosobohitz
BACA JUGA:9 Jenis Tanaman Hias yang Memberi Kesan Sejuk dan Damai dalam Ruangan Ditengah Cuaca Panas
Berbagai acaranya seperti selamatan, bancakan, tasyakuran, kelahiran, pernikahan, musim panen, dan lainnya.
Bubur ini berbahan dasar dari beras ketan yang dicampur dengan gula merah.
Dan biasanya disajikan dengan siraman kuah santan.
Masyarakat suku Jawa meyakini kalau bubur merah putih hadir sebagai simbol menolak sial dan melindungi diri dari sial.
Itulah alasan mengapa hidangan ini sering disajikan pada berbagai acara penting dalam hidup.
Menurut kepercayaan suku Jawa ada tiga fase dalam hidup yang harus dirayakan dan dianjurkan membuat bubur merah putih, yaitu:
1. Kelahiran
Saat syukuran akan kelahiran seorang anak, bubur merah putih dijadikan sebagai simbol penolakan kemalangan dan melindungi bayi dari kesialan.
BACA JUGA:Generasi Z Sulit Tinggal Disini, Ini Kampung Unik di Tasikmalaya yang Menolak Listrik dan Teknologi
2. Pernikahan
Melambangkan penyatuan energi laki-laki dan perempuan, yang diperuntukkan guna terciptanya kehidupan baru.
3. Musim Panen
Pada musim panen olahan ini disantap bersama sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil panen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: