Honda

Sidang Itsbat, Masihkah Relevan? Ini Kata Muhammad Akhyar Adnan

Sidang Itsbat, Masihkah Relevan? Ini Kata Muhammad Akhyar Adnan

Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak, Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI), Pengamat Muamalah, Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.--

Kelompok kedua, misalnya,  mengacu pada alasan mereka pada hadits yang mengatakan lebih atau kurang: mulai (dan/atau) berhenti berpuasa ketika Anda melihat bulan sabit/hilal.

Sementara kelompok pertama memiliki alasan berikut.

Pertama, semangat yang diusung oleh Al-Quran pada dasarnya adalah metode perhitungan, karena Al-Qur’an sendiri menyebutkan beberapa indikator seperti dalam QS Ar-Rahman ayat 5. 

BACA JUGA:Uang Pecahan Rp75.000 Masih jadi Alat Pembayaran yang Sah, yang Menolak ada Sanksinya Lho!

BACA JUGA:Perasaan yang Berkecamuk! Ini Lirik Lagu 'Albi Ya Albi' Milik Nancy Ajram dan Terjemahannya

Kedua, hadits yang dibahas oleh kelompok kedua pada dasarnya bersifat kontingent.

Ini berarti bahwa itu hanya berlaku jika kondisi tertentu terpenuhi. 

Di antara kondisi-kondisi tersebut adalah bahwa jika masyarakat Muslim tidak memiliki pengetahuan yang cukup sehingga mereka tidak dapat melakukan perhitungan secara ilmiah. 

Dalam situasi saat ini, pengetahuan, terutama ilmu astronomi telah berkembang begitu maju. 

BACA JUGA:Tips Membagi THR Biar Belanja Nggak Over Budget dan Bokek Pasca Lebaran

BACA JUGA:Wajib Dicatat! Ini Waktu Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-28 Ramadan 1445 H Kota Palembang

Selain itu, begitu banyak Muslim sekarang memiliki keahlian pengetahuan dan keterampilan khusus ini. 

Dengan demikian, mereka dapat menghitung dengan benar dan akurat.

Di zaman Nabi Muhammad SAW atau di zaman awal peradaban Islam, mungkin kondisi ini tidak terpenuhi karena pengetahuan dan keterampilan masyarakat Muslim pada saat itu belum berkembang dan hampir tidak satu pun dari mereka telah memperoleh pengetahuan dan keahlian itu dengan baik.

Alasan ketiga adalah bahwa proses rukyah bukanlah kegiatan ibadah.

BACA JUGA:Habis THR Terbitlah Gaji ke 13, Ini 4 Komponen yang Akan Dibayarkan ke PNS dan Pensiunan

BACA JUGA:Lowongan Kerja: PT Wings Surya (Wings Group) Membuka Peluang Kerja Untuk 13 Posisi Jabatan Khusus D3 dan S1

Ini hanya alat, medium atau fasilitas. 

Alat, media atau fasilitas dapat diubah atau dikembangkan dari waktu ke waktu. 

Ibadah yang sesungguhnya adalah berpuasa itu sendiri.Tentu saja tidak bisa diubah samasekali. 

Alasan keempat adalah bahwa rukyah secara serius menghalangi masyarakat Muslim pada umumnya dalam membuat perencanaan.

BACA JUGA:Pilkada Empat Lawang, Ini 3 Tokoh Diprediksi Bakal Rebutkan Posisi Orang Nomor 1

BACA JUGA:Inilah 5 Jenis Tanaman Hias yang Memiliki Kemampuan Melembabkan Ruangan di Rumah

Seperti yang diketahui, ketika rukyah diterapkan, kepastian awal atau akhir Ramadhan hanya dapat diketahui satu hari sebelumnya. 

Sementara jika menggunakan metode perhitungan, semuanya dapat diketahui dengan pasti lama sebelumnya, sehingga seseorang dapat membuat perencanaan dengan tepat. 

Alasan kelima adalah bahwa metode rukyah terbatas ruang lingkupnya. 

Mungkin di daerah-daerah tertentu bulan sabit dapat dilihat, tetapi tidak di daerah lain. 

BACA JUGA:Berikut 10 Manfaat Batu Akik Mani Gajah, Nomor 4 Membuka Cakra

BACA JUGA:Mudah! Begini Cara Cairkan Lazada PayLater Jadi Saldo DANA, Cuma Modal…

Jika setiap orang membatasi diri untuk melihat bulan purnama, maka awal dan akhir Ramadhan dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain. 

Alasan keenam adalah bahwa rukyat sangat tergantung pada iklim. 

Di tempat-tempat di mana cuaca jelas dan bersih, mudah untuk melihat bulan sabit. 

Tetapi, di beberapa tempat lain, di mana cuaca atau iklim mudah berubah, sangat sulit untuk melihat bulan sabit. 

BACA JUGA:4 Cara Mudah Merawat Tanaman Hias Philodendron, Baca dan Perhatikan dengan Seksama ya!

BACA JUGA:5 Panduan Praktis Saat Menggunakan QRIS untuk Bertransaksi

Akhirnya, alasan ketujuh, adalah bahwa penetapan hari Arafah menjadi tidak mudah. 

Hari Arafah adalah saat semua jamaah haji di seluruh dunia harus berkumpul di Padang Arafah sebagai salah satu rukun haji. 

Alasan di atas lebih dari cukup untuk berpikir tentang penerapan metode rukyah. 

Namun, selain alasan-alasan di atas, ada pertimbangan penting untuk kasus Indonesia.

BACA JUGA:SIMAK! Inilah 4 Ciri-ciri Batu Akik Kecubung Wulung yang Harus Diketahui Kolektor

BACA JUGA:Jelang Lebaran 2024, Semua Harga Kebutuhan Dapur Naik, Daging Sapi Harganya Capai Segini

Seperti yang diketahui, proses rukyah membutuhkan beberapa langkah. 

Pertama, penunjukan 124 titik atau tempat di seluruh negeri untuk melihat bulan sabit (ini tahun 2023). 

Kita bisa membayangkan berapa banyak orang yang terlibat.

Jika di satu tempat ada 10 anggota tim, maka akan ada setidaknya 1.240 orang yang terlibat secara nasional. 

BACA JUGA:Lowongan Kerja: Rekrutmen BUMN Bank BRI Posisi Menarik dan Bebas Pilih Lokasi Penempatan

BACA JUGA:Meskipun Coraknya Sederhana, Ternyata Batu Akik Kendit Punya Khasiat Tolak Balak Loh, Cek Faktanya!

Setiap tim harus mengirimkan laporan ke Kementerian Agama (Kemenag). 

Tim besar di Jakarta kemudian harus meringkas laporan yang dikumpulkan dari berbagai lokasi nasional. 

Akhirnya, hasilnya akan diumumkan dalam pertemuan besar lainnya yang dihadiri oleh banyak orang “penting” di Jakarta. 

Apa implikasi dari kegiatan ini?  

BACA JUGA:TERBUKTI! Ini Sumpah Jokowi Membangun Papua, Jembatan Youtefa Pecahkan 2 Rekor MURI

BACA JUGA:4 Jenis Batu Akik yang Miliki Tuah Luar Biasa, Anda Punya Jenis Mana?

Apa lagi selain anggaran besar yang harus disetujui dan akhirnya dikeluarkan. 

Sampai saat ini belum ada informasi yang terbuka atau diungkapkan oleh Kemenag RI. 

Perhitungan kasar akan menunjukkan bahwa anggaran untuk kegiatan ini bisa mencapai ratusan juta rupiah atau lebih. 

Bahkan mungkin jika anggaran menyentuh sekitar 1 miliar rupiah, per satu kali istbat. 

BACA JUGA:Berikut 10 Manfaat Batu Akik kecubung Wulung, Ternyata Dapat Meningkatkan Rasa Percaya Diri

BACA JUGA:Lowongan Kerja: Perusahaan Otomotif Terkemuka PT Honda Prospect Motor Buka Peluang Kerja Bagi Talenta Terbaik

Kalau dua kali (awal dan akhir Ramadhan), maka jumlahnya tentu sedikitnya Rp. 2 Milyar

Ketika kita berpikir tentang efektivitas dan efisiensi, dan begitu banyak orang miskin di negara ini, maka sulit untuk menghindari kesimpulan bahwa pilihan rukyah tidak lagi bijak untuk diteruskan. 

Bukankah jauh lebih bermanfaat jika dana yang digelontorkan untuk rukyah selama ini diberikan kepada kaum fakir dan miskin, sedangkan menentukan Ramadhan atau Syawal, cukup pakai hisab. 

Wallahu a’lam bisshawab.

 

Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak adalah Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI),

Pengamat Muamalah, Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.

 

Dapatkan update konten terkini dan terbaru setiap hari di Palpres.com. Ayo Gabung di Channel WhatsApp dengan cara klik link ini "Channel WA palpres.com". 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: