Sidang Itsbat, Masihkah Relevan? Ini Kata Muhammad Akhyar Adnan
Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak, Penasihat Forum Akademisi Indonesia (FAI), Pengamat Muamalah, Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.--
Alasan keenam adalah bahwa rukyat sangat tergantung pada iklim.
Di tempat-tempat di mana cuaca jelas dan bersih, mudah untuk melihat bulan sabit.
Tetapi, di beberapa tempat lain, di mana cuaca atau iklim mudah berubah, sangat sulit untuk melihat bulan sabit.
BACA JUGA:4 Cara Mudah Merawat Tanaman Hias Philodendron, Baca dan Perhatikan dengan Seksama ya!
BACA JUGA:5 Panduan Praktis Saat Menggunakan QRIS untuk Bertransaksi
Akhirnya, alasan ketujuh, adalah bahwa penetapan hari Arafah menjadi tidak mudah.
Hari Arafah adalah saat semua jamaah haji di seluruh dunia harus berkumpul di Padang Arafah sebagai salah satu rukun haji.
Alasan di atas lebih dari cukup untuk berpikir tentang penerapan metode rukyah.
Namun, selain alasan-alasan di atas, ada pertimbangan penting untuk kasus Indonesia.
BACA JUGA:SIMAK! Inilah 4 Ciri-ciri Batu Akik Kecubung Wulung yang Harus Diketahui Kolektor
BACA JUGA:Jelang Lebaran 2024, Semua Harga Kebutuhan Dapur Naik, Daging Sapi Harganya Capai Segini
Seperti yang diketahui, proses rukyah membutuhkan beberapa langkah.
Pertama, penunjukan 124 titik atau tempat di seluruh negeri untuk melihat bulan sabit (ini tahun 2023).
Kita bisa membayangkan berapa banyak orang yang terlibat.
Jika di satu tempat ada 10 anggota tim, maka akan ada setidaknya 1.240 orang yang terlibat secara nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: