Honda

'Ngidang' Tradisi Khas Palembang Cara Menghormati dan Memuliakan Tamu! Masihkah Ada?

'Ngidang' Tradisi Khas Palembang Cara Menghormati dan Memuliakan Tamu! Masihkah Ada?

Ngidang Tradisi Menghormati dan Memuliakan Tamu di Palembang--YouTube/Cek Jun Channel

PALPRES.COM - Salah satu tradisi khas Palembang yang kental dengan budaya melayu Islami dan patut untuk terus dilestarikan adalah menghormati dan memuliakan tamu dengan cara 'Ngidang'.

Kota Palembang Sumatera Selatan, merupakan kota tertua di Indonesia yang pernah menjadi tempat Kesultanan Palembang sudah pasti memiliki tradisi dalam penyambutan tamu.

Tradisi peninggalan leluhur untuk memuliakan tamu dan menghormatinya di Palembang sering disebut “ngidang” atau “ngobeng”.

Ngidang adalah cara penyajian makanan kepada para tamu ketika ada acara kenduri atau sedekahan dan pernikahan.

Salah satu tradisi budaya melayu yang sangat Islami dan patut untuk terus dilestarikan adalah menghormati dan memuliakan tamu dengan cara 'Ngidang'.--FB/Charming Palembang

BACA JUGA:Mengukir Jejak Tradisi: Incang-Incang Pedamaran, Warisan Budaya Sumatera Selatan yang Perlu Dilestarikan

BACA JUGA:Mengenal Tradisi Unik di Bali, Dilakukan Anak yang Menginjak Remaja! Ini Dia Tujuannya

Pembagian hidangan ini dilakukan kepada para tamu yang duduk secara lesehan yang terdiri dari beberapa kelompok dan setiap kelompok biasanya berisi delapan orang.

Hidangan ini diletakan diatas selembar kain dengan nampan sebagai tempat nasi diletakan di bagian tengah.

Dalam hidangan tersebut, selain nasi putih atau nasi minyak terdapat lauk khas daerah mulai dari rendang, opor ayam, malbi, ayam kecap, termasuk "iwak".

Tak ketinggalan “pulur” yang terdiri dari buah-buahan dan sayuran seperti nanas, acar, dan sambal, selain itu disediakan juga piring dan cangkir. 

BACA JUGA:Hanya Ada di Indonesia! 4 Tradisi Unik Sebelum dan Sesudah Lebaran, Nomor 1 Orang Indo Banget

BACA JUGA:Selain Bikin Cantik Ternyata Ada Banyak Makna Dibalik Riasan Paes Pengantin Jawa

Bagi para tamu yang akan mencuci tangan, akan ada petugas khusus yang disebut “ngobeng” yang bertugas melayani para tamu dengan membawa ceret air cuci tangan dengan wadah sisa air bilasan.

Selain itu, ternyata dalam penataan makanan tidak dilakukan sembarangan, misalnya iwak yang harus diletakan berdampingan dengan pulur agar tata krama ketika bersantap tetap terjaga.

Tangan Tamu undangan tidak perlu menjangkau terlalu jauh untuk mengambil piring lauk pauk.

Menariknya selama ngidang berlangsung para tamu undangan tak henti dilayani oleh ngobeng.

BACA JUGA:Sudah Mendunia ! 5 Tarian Tradisional Sumatera Selatan Ini Terkenal Unik, dan Digemari Segala Usia

BACA JUGA:Sebelum Menikah Mereka Menculik Calon Istrinya Inilah Keunikan Suku Sasak di Indonesia

Kebutuhan mereka terus diperhatikan dan dilayani jika ingin meminta tambahan nasi atau lauk pauk.

Hal yang patut dicontoh dari ngidang ini adalah para tamu undangan menjaga perilakunya. 

Mereka tidak akan mengambil makanan berlebihan, jika masih ingin tambah gampang tinggal minta.

Berbeda terbalik dengan cara prasmanan yang sering disebut “prancisan”, para tamu sering begitu serakah dengan mengambil makanan terlalu banyak sehingga jadi terbuang percuma.

BACA JUGA:8 Prosesi Pernikahan Adat Palembang, Warisan Budaya yang Harus Dilestarikan

BACA JUGA:Kalian Terima Banyak Undangan? Ini Alasan Kenapa Banyak Orang Menikah pada Bulan Syawal

Apalagi mengambilnya harus mengantre, jika dalam tradisi Palembang hal ini dipandang kurang elok dan sopan dalam memperlakukan tamu.

Dalam tradisi ngidang ini memang terlihat repot karena perlu banyak “ngobeng” dan peralatan makan. 

Namun dibalik kerepotan itu terdapat budaya gotong royong dan kebersamaan di kalangan umat.

Para jiron tetangga akan bahu membahu membantu tuan rumah yang disebut dengan istilah "besaji" dan "beringkes" atau ikut membantu menghidangkan makanan dan sekaligus merapikan semua kebutuhan.

BACA JUGA:Jubah Kuno SMB II Jadi Koleksi Kesultanan Palembang Darussalam, Segini Usianya

BACA JUGA:Mirip Cerita Legenda Jaka Tarub, Inilah 3 Cerita Rakyat Paling Melegenda di Sumatera Selatan, Apa Saja?

Ketikat bersantap bersama dalam satu hidangan kan muncul suasana akrab karena anggota keluarga pasti akan berkomunikasi.

Tata cara dan sopan santun dalam bersantap secara Islami tentunya akan benar-benar terasa dalam tradisi ini. 

Anak muda menghormati yang lebih tua dengan mempersilakan mengambil nasi lebih dulu.

Setelah acara ngidang selesai, sebagai penutup tuan rumah akan menyajikan kuliner manis khas Palembang seperti kue serikaya hijau. 

BACA JUGA:Tradisi Bakdan Sapi di Boyolali Sudah Berusia 73 Tahun, Ini Keunikan dari Tradisi yang Diadakan Usai Lebaran

BACA JUGA:4 Tradisi Unik Perayaan Idul Fitri di Indonesia, Nomor 1 Berasal dari Keraton Yogyakarta

Tradisi ini masih sangat sering diadakan pada era tahun 80-90-an, namun mulai hilang seiring perkembangan zaman, masyarakat banyak beralih ke “prancisan”.

Padahal tradisi ngidang lebih hemat karena undangan mengambil seperlunya, karena hidangan dibagi dalam piring kecil. 

Makan bersama dengan lesehan duduk bersila mengelilingi hidangan dinilai lebih mencerminkan nilai kekeluargaan dan kebersamaan dibandingkan prasmanan. 

Sangat banyak manfaat dan pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari tradisi ngidang atau ngobeng ini.

BACA JUGA:Bikin Kayangan Gempar, Ini 4 Fakta Otot Kawat Balung Wesi Gatotkaca

BACA JUGA:Limited Edition! 8 Tradisi Unik di Indonesia yang Ada Hanya Ketika Lebaran, Apa Saja?

Taradisi yang dapat menumbuhkan keakraban dan rasa persaudaraan tentu saja dapat menjaga persatuan bangsa Indonesia.

Ayo Gabung di Channel WhatsApp dengan cara klik link ini "Channel WA palpres.com".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: