Sebanyak 300.000 orang Indo dan warga negara Belanda lain dari Hindia Belanda, mulai tiba di Belanda.
BACA JUGA:Diisukan Pensiun Dini, Sekda Palembang Ratu Dewa Akan Fokus Berkompetisi Dalam Pilkada Serentak 2024
BACA JUGA:TERUNGKAP! Ini Sosok Perampas Motor Vario Milik Warga Jua-Jua Kayuagung OKI
Sebagian dari mereka sebetulnya lahir di Indonesia, dan belum pernah ke Belanda.
Namun untuk memilih tetap di Indonesia saat itu tak mungkin, karena gerakan anti Belanda yang menyebabkan mereka kehilangan segala-galanya.
Konflik Irian pada 1957, memang membuat hubungan antara Indonesia dengan Belanda memanas.
Karena dipaksa cabut dari lingkungan yang sudah mengakar, banyak dari warga keturunan Belanda yang “kaget” terhadap apa yang mereka temui di tanah asal.
BACA JUGA:Polda Sumsel Siapkan Personel dan Perlengkapan, Ikuti Arahan Penanggulangan dan Antisipasi Karhutla
Mulai dari iklim yang dingin, hingga makanan yang hambar.
Nah, disinilah Wieteke van Dort yang menjadi salah satu “korban” kebijakan repatriering, mengisahkan kehilangan yang mereka alami setelah pindah paksa ke Belanda.
Pastinya, makanan menjadi kendala bagi lidah mereka yang sudah biasa dengan menu-menu Nusantara.
Tante Lien yang meraih Medali Perak Merit dari Menteri Pertahanan Belanda ini, menyebutkan beberapa makanan yang sangat dia rindukan.
BACA JUGA:Intip Mewahnya Hunian ASN di IKN, Tersedia Jogging Track Hingga ATM Center
BACA JUGA:Berusaha Kendalikan Inflasi Cabai, Pemkot Palembang Teken Kerjasama dengan Pemkab Kulon Progo
Mulai dari nasi goreng, tahu petis, bakpao, kue lapis, onde-onde, dan sebagainya.