Romantika Barirah dan Mughits, Kisah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan di Masa Rasulullah
Romantika Barirah dan Mughits, Kisah Cinta yang Bertepuk Sebelah Tangan di Masa Rasulullah--internet
BACA JUGA:Jadi Incaran Kolektor, 6 Motor Lawas Ini Ternyata Miliki Harga Selangit
‘Aisyah menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas Rasulullah berkata, “Bebaskanlah Barirah. Hak wala’ tetap jadi milik orang yang memerdekakan.”
Singkatnya ‘Aisyah pun memerdekakan Barirah. Setelah merdeka, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah lalu memberikan hak pilih kepada Barirah antara tetap menjadi istri Mughits atau berpisah dari suaminya yang masih berstatus budak.
Lalu Barirah memberikan jawaban mengejutkan.
“Walau Mughits memberiku sekian banyak harta namun saya tidak mau menjadi isterinya”. Barirah memilih untuk tidak lagi bersama suaminya. (HR. Bukhari nomor 2536).
BACA JUGA:Begini Ciri-Ciri Bansos BPNT Tahap 3 Rp400.000 Sudah di Top Up di kartu KKS
Sementara riwayat yang mengisahkan tentang pembebasan Barirah oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha diungkapkan dalam hadits berikut.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Barirah (budak wanita dari kaum Anshar) pernah mendatangi Aisyah, lantas ia meminta pada Aisyah untuk memerdekakan dia (dengan membayar sejumlah uang pada tuannya, disebut akad mukatabah, -pen).
Aisyah mengatakan, “Jika engkau mau, saya akan memberikan sejumlah uang pada tuanmu untuk pembebasanmu. Namun hak wala’mu untukku -di mana wala’ itu adalah hak warisan yang jadi milik orang yang memerdekakannya nantinya-.”
Selanjutnya sang majikan Barirah berkata, “Saya mau, namun hak wala’mu tetap untukku.”
BACA JUGA:Wow Simon Cowell Posting Putri Ariani dalam Instagram Pribadinya, Ini Katanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datang dan Aisyah menceritakan apa yang terjadi.
Beliau pun bersabda, “Bebaskan dia -Barirah-, tetapi yang benar, hak wala’ adalah bagi orang yang memerdekakan.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata di atas mimbar,
“Mengapa bisa ada kaum yang membuat suatu persyaratan yang menyelisihi Kitabullah. Siapa yang membuat syarat lantas syarat tersebut bertentangan dengan Kitabullah, maka ia tidak pantas mendapatkan syarat tersebut walaupun ia telah membuat seratus syarat.” (HR. Bukhari nomor 456 dan Muslim nomor 1504).
Dari sejumlah hadits di atas, kita dapat menarik dan mengambil beberapa pelajaran sebagai berikut:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: