Honda

Indahnya Bela Diri Asli Lintang Ini, Konon Sudah Ada Sejak Masa Si Pahit Lidah

Indahnya Bela Diri Asli Lintang Ini, Konon Sudah Ada Sejak Masa Si Pahit Lidah

SANGGAR: Tim Sanggar Tari Puyang Putri-Foto: Sanggar Puyang Putri-

Bagi orang-orang Lintang, Kuntau bukan hanya sekadar seni bela diri, tetapi juga merupakan bagian penting dari budaya mereka. 

Pada masa lalu, Kuntau digunakan sebagai sarana untuk mempererat hubungan persaudaraan, membela diri, dan melindungi diri dari serangan musuh.

BACA JUGA:Menjelajahi Surga Wisata OKU Selatan, Sumatera Selatan dengan Kekayaan Alam dan Warisan Budaya

BACA JUGA:3 Desa Unik yang Kental Budaya di Indonesia, Bebas Polusi Asap, Desa di Sumsel Tidak Mungkin Ada!

Seni bela diri tradisional Kuntau dianggap dapat membentuk karakter seseorang agar selalu rendah hati, tidak sombong, dan mampu menghindari konflik. 

Meskipun hanya dipelajari selama beberapa bulan, Kuntau tidak hanya mampu menjatuhkan lawan, tetapi juga bisa mematikan lawan, bahkan dalam keadaan gelap tanpa cahaya.

Di Desa Sawah, Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empat Lawang, seni bela diri Kuntau masih bisa ditemui dan dipelajari oleh penduduk setempat. 

Kuntau di Desa Sawah adalah salah satu warisan leluhur yang ada sejak zaman Serunting Sakti atau yang dikenal dalam legenda lokal sebagai Si Pahit Lidah.

BACA JUGA:Wow! Pagelaran Seni Budaya Semalam di Bumi Silampari Sukses Hibur Warga Perantauan

BACA JUGA:Pohon Beraroma Khas Ini Sangat Berharga, Bernilai Penting dalam Praktik Budaya dan Religius di Masyarakat

Namun, saat ini, seni bela diri Kuntau menghadapi tantangan dalam menjaga kelangsungannya. 

Minat terhadap Kuntau semakin berkurang dan hanya diminati oleh generasi tua. 

Untuk mencegah seni berharga ini punah, Sanggar Puyang Putri bersama tokoh adat masyarakat bernama A. Pikri telah berusaha keras untuk melestarikannya.

Sanggar Puyang Putri didirikan pada tahun 2021 dan dipimpin oleh salah satu pemuda Desa Sawah, Agustori Sandeka, alumni dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palembang. 

BACA JUGA:Pecinta Kopi Merapat! 3 Kota dengan Budaya Ngopi Paling Unik di Indonesia, Ada Kotamu?

BACA JUGA:Ini 4 Alasan Provinsi Papua Miliki Penganut Kristen Terbesar di Indonesia, Salah Satunya Adopsi Budaya Baru

Mereka berusaha agar Kuntau Lintang kembali dikenal oleh masyarakat Kabupaten Empat Lawang, terutama generasi muda.

Salah satu upaya untuk menjaga kesenian Kuntau tetap hidup adalah dengan tampil dalam berbagai acara seperti penyambutan tamu kehormatan, pernikahan, dan penyambutan wisatawan di Desa Sawah, Kecamatan Muara Pinang. 

Pertunjukan Kuntau biasanya melibatkan tiga pemain musik dan dua pemain Kuntau. 

Alat musik yang digunakan adalah gendang dan gong, sementara properti yang digunakan adalah Mandau dan Keris.

BACA JUGA:Masjid Tertua di Kota Palembang, Punya Atap Segi 8 yang Merupakan Simbol Budaya Melayu

BACA JUGA:Bukit Siguntang Palembang: Jejak Sejarah Kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Masa Lampau

Menurut A. Pikri, awalan pertunjukan Kuntau melibatkan langkah-langkah khusus yang diikuti dengan pertarungan menggunakan senjata tajam seperti Keris dan Mandau. 

Pertunjukan ini tidak hanya sekadar atraksi fisik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang mendalam, seperti rendah hati dan sikap saling menghormati.

Namun, meskipun usaha-usaha ini sangat berharga, perkembangan seni bela diri tradisional Kuntau tetap memprihatinkan. 

Seni ini semakin terpinggirkan dan hanya diminati oleh kalangan tua. 

BACA JUGA:Sejarah Keripik Sanjai di Nagari Sanjay, Warisan Kuliner yang Legendaris di Tanah Minang

BACA JUGA:Ekspedisi Eksotis, Banda Neira Keindahan Laut Biru dan Sejarah Indonesia yang Ada di Uang Rp1000

Oleh karena itu, Sanggar Puyang Putri mengajak generasi muda untuk ikut berperan dalam melestarikan warisan budaya yang berharga ini. 

Seni bela diri Kuntau adalah bagian dari identitas dan warisan leluhur Suku Lintang yang tak boleh hilang ditelan zaman.

Selain menjadi bagian penting dalam Sanggar Puyang Putri, seni bela diri Kuntau juga telah diakui oleh Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) sebagai ciri khas olahraga rekreasi di Kabupaten Empat Lawang. 

Dengan begitu, Kuntau menjadi semakin dikenal di berbagai acara dan tempat.

BACA JUGA:Tertulis dalam Kitab Negara Kertagama dan Pararaton, Masjid di Jawa Tengah Ini Bukti Sejarah Masuknya Islam

BACA JUGA:Sebaiknya Anda Tahu, Ini Sejarah Tari Sajojo dari Papua

Dalam mengakhiri tulisan ini, Ketua Sanggar Puyang Putri menyampaikan harapannya. 

Dia berharap agar seni bela diri Kuntau terus dilestarikan, tidak hanya dalam sanggar mereka, tetapi juga di seluruh masyarakat. 

Pemerintah Kabupaten Empat Lawang juga diharapkan untuk terus mendukung dan melestarikan seni bela diri tradisional Kuntau yang merupakan aset berharga dari daerah ini. 

Keselamatan seni ini sejalan dengan keselamatan warisan budaya yang kaya dan berharga bagi Kabupaten Empat Lawang. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: