5. Pengurus NBG memutuskan pada 9 Februari 1870 untuk menyerahkan berkas-berkas Engelmann kepada Van der Tuuk. Tidak jelas mengapa ini tidak terjadi.
Dalam rapat NBG pada 8 Maret 1871 disebutkan bahwa berkas-berkas ini telah diterima di Belanda, yang kemudian diputuskan untuk memeriksa mengapa berkas-berkas ini tidak dikirim ke Van der Tuuk.
Sebelum berangkat ke Bali, Van der Tuuk sudah memeriksa catatan Engelmann yang ada pada Van Dorp di Batavia dan ia memastikan bahwa dari catatan itu tidak bisa disusun kamus Sunda.
6. Van der Tuuk diminta penjelasannya tentang hal ini, lihat [Surat 18].
7. Di Amsterdam, Van der Tuuk memberikan les bahasa Batak kepada empat misionaris dari Rheinische Missionsgesllschaft (Lembaga Misionaris Rijn), yaitu I.L. Nommensen, W.A. Schreiber, P.H. Johannsen dan W. Ködting.
8. Nommensen dan Johannsen menetap di daerah Silindung yang terletak antara Sibolga dan Danau Toba.
9. Schreiber dan Ködting menetap di daerah sekitar Sipirok.
10. Majalah yang diterbitkan di Amsterdam oleh H. Höveker Kom over en help ons; Maandberigt van het Rijnsche Zendeling Genootschap Barmen (Datanglah dan bantu saya; majalah bulanan Perhimpunan Misionaris Rijn Barmen, 1853-1869.
Majalah ini digantikan oleh De Rijnsche Zending; majalah yang diterbitkan oleh Perhimpunan Misionaris untuk memajukan kepentingan Perhimpunan Misionaris Rijn di Barmen (1870-1906).
11. Lihat [Surat 18, catatan 5].
12. NBG memutuskan pada 9 Februari 1870 untuk mengizinkan Van der Tuuk memeriksa manuskrip Schreiber.
13. Lihat [Surat 18, catatan 6].
14. Lihat [Surat 18, catatan 8].
15. Dalam lampiran surat Fabri, lihat [Surat 18, catatan 6] dicantumkan bahwa Denninger menyampaikan sebuah buku sekolah untuk Nias kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk dipublikasi.
Menurut Fabri buku itu merupakan pembuka dan dasar bagi bentuk tulisan bahasa Nias.
Namun karena ciri-ciri keagamaannya, buku itu tidak dicetak.