Siap Melayani, apa yang mau dilayani, di fotonya saja mengunakan jas, jangan-jangan anda yang mau dilayani oleh masyarakat.
Dan masih banyak lagi, artinya pengunaan tag line ini masih semaunya saja tidak dipikirkan secara personal branding.
Atau bisa dikatakan asal saja buat tagline, ini berbahaya karena dikemudian hari bisa jadi blunder.
Idelanya bakal calon ini anggaplah sebuah produk personal/ individu yang mempunyai informasi atau product knowledge.
Informasi ini yang pertama bisa kita dapatkan dari catatan hidup atau yang lebih dikenal dengan daftar riwayat hidup.
Selanjutnya baru kita melihat personal itu secara humanis, bagaimana personafikasinya.
Informasi yang berupa data ini akan menjadi rujukan utama bagaimana kita membuat informasi tentang bakal calon tersebut.
Pada proses inilah pesan kita buat berdasarkan klasifikasi usia, datanya tetap sama tetapi yang berbeda bagaimana kita mengkomunikasikannya dengan kelompok usia yang berbeda.
Pesan yang berisi informasi bakal calon walikota ini, walaupun isinya sama akan berbeda cara penyampainya misal untuk anak muda dan orang tua.
Menyiapkan pesan ini merupakan proses kreatif dalam berkomunikasi, dan memang untuk mempermudah pembuatan pesan kita wajib mengelompokan pesan salah satunya berdasarkan usia.
Tahap Ketiga, setelah pesan sudah dirancang sedemikian rupa berdasarkan kelompok usia barulah kita akan mengesekusi pesan tersebut.
Media apa yang kita akan pilih untuk media publikasinya misalnya, spanduk, baliho, billboard, leaflet, cutting stiker, stiker mobile, standing banner, videotron dan lainnya.
Media tersebut mempunyai karakter sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tentunya dengan mempertimbangkan budget-nya.
Baliho, billboard dan video
tron mempunyai budget yang relatif besar dibanding media lainnya. Ukuran besar dan berada pada titik-titik strategis, adalah kelebihan dari media ini.
Media lainnya bukan berarti tidak punya potensi strategis, tetapi lebih pada kepada siapa kita berkomunikasinya.