Honda

Ini Dia Penampakan Meriam Lela Ekor Lutung, Jadi Koleksi Museum Perjuangan Subkoss

Ini Dia Penampakan Meriam Lela Ekor Lutung, Jadi Koleksi Museum Perjuangan Subkoss

Ini Dia Penampakan Meriam Lela Ekor Lutung, Peninggalan Masa Penjajahan Belanda-Istimewa-palpres.com

PALEMBANG, PALPRES.COM - Meriam Lela Ekor Lutung merupakan meriam tua milik Puyang Raden Singa Mangla yang diduga peninggalan masa penjajahan Belanda.

Meriam yang dikategorikan sebagai meriam Melayu dari Kepulauan Nusantara ini diperoleh atas hibah dari masyarakat Desa P1 Mardi Harjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas, M. Taulus Surya Kusuma yang diberikanya kepada Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya pada tanggal 12 Desember 2022.

Dia bercerita, meriam ini awalnya ditemukan di dalam tanah kandang ayam di rumah orang tuanya bernama Insani, tepatnya di Desa Kebur, Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat.

Benda yang tidak diketahui asalnya ini kemudian meledak dengan sendirinya, sehingga bagian depan meriam muncul ke permukaan tanah.

BACA JUGA:Museum Perjuangan Subkoss Terima Hibah Benda Bernilai Sejarah dan Budaya

“Saat ditemukan pertama kali, meriam ini tersimpan di dekat kandang ayam. Kemudian meriam itu diambil dan diletakkan di bawah tangga rumah,” ujarnya.

Dilanjutkannya, demi keamanan, maka meriam ini akhirnya dibawanya ke rumahnya di Desa P1 Mardi Harjo, Kabupaten Musi Rawas.

“Meriam tua peninggalan Belanda ini kita dapatkan secara turun-menurun dari puyang Raden Singa Mangla. Agar bisa terawat dengan baik, makanya kita hibahkan ke museum serta bisa menjadi bahan edukasi kepada masyarakat bahwa benda tersebut merupakan tinggalan dari Puyang Raden Singa Mangla,” terangnnya.

Dia menambahkan, diduga meriam ini digunakan masa Puyang Raden Singa Mangla yang berasal dari Madura dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam, yang pada akhirnya menikah dengan wanita asal daerah orang tuanya.

BACA JUGA:Menilik Pesona Jembatan Ampera, Jadi Pintu Gerbang Destinasi Sungai Musi dan Pulau Kemaro

“Menurut cerita, Puyang Raden Singa sering menggunakan meriam ini dalam menyebarkan agama islam,” tambahnya.

Seperti diketahui, meriam ini memiliki dudukan putar yang disebut cagak dengan pasak di bagian bawah tengah larasnya agar bisa dipasang di tepian kapal atau tepi benteng.

Meriam berjenis meriam putar yang relatif kecil ini, pada bagian belakangnya menyerupai ekor lutung terbuat dari besi.

Ekor lutung merujuk kepada salah satu dari jenis senjata api tradisional Melayu yang menggunakan bubuk mesiu.

BACA JUGA:7 Destinasi Wisata Sungai di Indonesia yang Menarik Dijelajahi, Ada Sungai Musi Palembang Lho!

Nama “ekor lutung” mengacu pada gagang di bagian belakang meriam dibuat melengkung menyerupai ekor monyet “lutung” yang berfungsi untuk mengarahkan meriam kepada sasarannya.

Sebelumnya museum milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) ini juga menerima hibah benda lainnya, berupa benda pusaka, helm, topi tentara, mesin tik, kitab Qishashul Anbiya, kitab Tajul Muluk dan sejumlah gerabah.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Museum Negeri Sumsel dan Taman Budaya Sriwijaya H Chandra Amprayadi SH melalui Kepala Unit Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya Eva Kusmalwati SH MM mengungkapkan, meriam tua tersebut dihibahkan oleh M Taulus Suray Kusuma, warga Dusun IV, Desa Mardi Harjo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Musi Rawas.

“Meriam didapatkan Pak Taulus dari daerah asalnya di Desa Kebur, Kecamatan Merapi, Kabupaten Lahat. Kemudian dibawanya ke rumahnya saat ini di Mura,” kata Eva menuturkan kembali cerita Taulus.

BACA JUGA:Selain Palembang, Inilah 5 Kabupaten dan Kota di Sumatera Selatan yang Berasal dari Singkatan

Taulus merasa terpanggil menghibahkan meriam tua itu kepada Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya setelah melihat dan mengetahui adanya beberapa warga Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Mura yang menghibahkan benda bernilai sejarah dan budaya.

“Pak Taulus sempat melihat-lihat koleksi di museum, dan terketuk hatinya untuk menghibahkan meriam tua. Kami ucapkan terimakasih kepada Pak Taulus, karena dapat menambah koleksi di Museum Subkoss. Semoga kedepan lebih banyak lagi masyarakat yang ikut terpanggil menghibahkan benda bernilai sejarah dan budaya ke Museum Subkoss,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: